Jakarta (ANTARA) - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memeriksa dua saksi untuk mendalami terkait dengan mekanisme seleksi penerimaan mahasiswa baru di Universitas Lampung (Unila).

Dua saksi masing-masing koordinator TIK panitia Seleksi Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMMPTN) Barat Anis Fuad dan humas penerimaan mahasiswa baru Unila 2022 Muhamad Komarudin.

"Didalami pengetahuannya antara lain terkait dengan mekanisme seleksi penerimaan mahasiswa baru Unila," kata Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara KPK Ipi Maryati Kuding di Jakarta, Senin.

Baca juga: Mardani Maming segera disidangkan

KPK memeriksa keduanya di Polresta Bandarlampung, Jumat (21/10) untuk tersangka Rektor Unila nonaktif Karomani (KRM) dan kawan-kawan dalam penyidikan kasus dugaan suap penerimaan calon mahasiswa baru tahun 2022 di Unila.

Selain itu di lokasi yang sama, KPK juga memeriksa dua saksi lainnya, yakni Hanafiah Hamidi selaku wiraswasta dan Zam Zanariah berprofesi sebagai dokter.

"Kedua saksi hadir dan didalami pengetahuannya antara lain terkait dengan dugaan adanya informasi melalui orang kepercayaan tersangka KRM yang dapat meluluskan peserta seleksi mahasiswa baru tanpa melalui prosedur yang semestinya," ucap Ipi.

KPK telah menetapkan empat tersangka terdiri atas tiga orang selaku penerima suap, yakni KRM, Wakil Rektor I Bidang Akademik Unila Heryandi (HY), dan Ketua Senat Unila Muhammad Basri (MB). Sementara itu, pemberi suap adalah pihak swasta Andi Desfiandi (AD).

Dalam konstruksi perkara, KPK menjelaskan bahwa KRM yang menjabat sebagai Rektor Unila periode 2020-2024 memiliki wewenang terkait dengan mekanisme Seleksi Mandiri Masuk Universitas Lampung (Simanila) Tahun Akademik 2022.

Selama proses Simanila berjalan, KPK menduga KRM aktif terlibat langsung dalam menentukan kelulusan dengan memerintahkan HY, Kepala Biro Perencanaan dan Humas Unila Budi Sutomo, dan MB untuk menyeleksi secara personal terkait dengan kesanggupan orang tua mahasiswa.

Apabila ingin dinyatakan lulus, calon mahasiswa dapat "dibantu" dengan menyerahkan sejumlah uang, selain uang resmi yang dibayarkan sesuai mekanisme yang ditentukan kepada pihak universitas.

Selain itu, KRM juga diduga memberikan peran dan tugas khusus bagi HY, MB, dan Budi Sutomo untuk mengumpulkan sejumlah uang yang disepakati dengan pihak orang tua calon mahasiswa baru. Besaran uang itu jumlahnya bervariasi mulai dari Rp100 juta sampai Rp350 juta untuk setiap orang tua peserta seleksi yang ingin diluluskan.

Seluruh uang yang dikumpulkan KRM melalui Mualimin selaku dosen dari orang tua calon mahasiswa itu berjumlah Rp603 juta dan telah digunakan untuk keperluan pribadi KRM sekitar Rp575 juta.

KPK juga menemukan adanya sejumlah uang yang diterima KRM melalui Budi Sutomo dan MB yang berasal dari pihak orang tua calon mahasiswa yang diluluskan KRM atas perintah KRM.

Uang tersebut telah dialihkan dalam bentuk menjadi tabungan deposito, emas batangan, dan masih tersimpan dalam bentuk uang tunai dengan total seluruhnya sekitar Rp4,4 miliar.

Baca juga: KPK panggil kembali Wakil Bupati Mamberamo Tengah
Baca juga: Tokoh pemuda adat minta ada penjabat gubernur mengurus Papua
Baca juga: Gubernur Enembe bersedia diperiksa dokter KPK

 

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2022