kalau kita segera bawa itu pasien itu akan lebih cepat tertangani dengan baik dan Insya Allah bisa diselamatkan
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis bedah saraf dr. M. Evodia Slamet Rahardjo mengatakan angka kematian akibat stroke bisa turun jika pasien segera dibawa ke rumah sakit dan lebih cepat tertangani.

“Jadi memang ada istilahnya 'Golden Period' atau waktu emas di mana kalau kita segera bawa itu pasien itu akan lebih cepat tertangani dengan baik dan Insya Allah bisa diselamatkan, bisa menurunkan angka penyakitan dan mortalitas atau angka kematian,” ucapnya dalam diskusi mengenai mitos dan fakta stroke yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan stroke secara umum menurut WHO adalah suatu penyakit pembuluh darah otak di mana ada defisit neurologis vokal atau global yang berlangsung secara cepat. Tanda-tanda neurologis tersebut adalah kelemahan anggota gerak.

“Yang dapat memperberat tanda itu yakni berlangsung lama selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas itu, adalah definisi menurut WHO,” jelasnya.

Baca juga: Kemenkes: Terapkan pola hidup sehat untuk cegah stroke
Baca juga: Kemenkes perkuat CERDIK dan PATUH atasi stroke di Indonesia

Ia mengatakan, stroke sendiri terdiri dari dua macam yaitu stroke sumbatan atau iskemik yang terjadi karena pembekuan darah di dalam jantung yang terbawa ke otak, dan stroke pendarahan atau hemoragik yaitu pecahnya pembuluh darah di jaringan otak yang menyebabkan kematian sesar otak yang disebut Brain Herniation.

“Ada juga pendarahan subarachnoid, itu pecahnya pembuluh darah pada rongga subarachnoid yaitu salah satu selaput otak. Ini yang disebutkan karena Aneurisma otak,” jelasnya.

Aneurisma adalah suatu kelainan pembuluh darah seperti kantong anorganisme dan terjadi bukan hanya di otak tapi juga bisa di pembuluh darah manapun.

Jika sumbatannya terjadi pada pembuluh darah besar efeknya akan lebih luas, sementara jika terkena pada pembuluh dara cabang kecil dan mengenai daerah yang penting, pasien akan kehilangan beberapa kemampuan fungsi tubuh seperti berbicara dan mulut miring.

Baca juga: Kemenkes: Empat transisi pengaruhi tingginya angka stroke di RI
Baca juga: Gaya hidup tidak sehat jadi faktor risiko stroke di usia muda

Evo mengatakan harapan hidup penderita stroke tergantung dari tingkat keparahan penyakit itu sendiri. Beberapa prosedur bisa dilakukan seperti perawatan pada penderita stroke pendarahan jika jumlah pendarahan kecil dan pembedahan jika sudah mengancam nyawa.

“Kalau misalnya stroke sumbatan pada arteri besar otak bisa dilakukan pemberian trombolitik untuk membuka trombusnya atau sumbatannya, jika belum membaik bisa dilakukan trombektomi yaitu pembedahan supaya aliran darah lancar kembali,” ucap dokter RS Mayapada Bogor ini.

Dukungan dari pendamping pasien, dalam hal ini keluarga sangat penting agar penanganan pada pasien kanker bisa cepat dan kemungkinan sembuh bisa lebih besar, dan perlakukan pasien sebagai orang baru dengan segala keterbatasannya.

Baca juga: Dokter: Cegah penyakit stroke dengan pola hidup sehat

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022