Jakarta (ANTARA) - Pada pertengahan abad ini, UNICEF memperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar anak akan terpapar gelombang panas yang "(frekuensinya) lebih sering, (durasinya) lebih lama, dan lebih parah".

Cuaca panas telah menjadi risiko kesehatan di banyak negara, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa hampir setiap anak di dunia akan terdampak oleh gelombang panas pada 2050, demikian Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) memperingatkan pada Selasa (25/10).

Menurut badan PBB itu, sedikitnya setengah miliar anak muda sudah terpapar gelombang panas dengan frekuensi tinggi akibat perubahan iklim.

Pada pertengahan abad ini, diperkirakan bahwa lebih dari 2 miliar anak akan terpapar gelombang panas yang "(frekuensinya) lebih sering, (durasinya) lebih lama, dan lebih parah".

"Krisis iklim adalah sebuah krisis hak-hak anak, dan krisis itu sudah membawa dampak yang menghancurkan ke kehidupan dan masa depan anak-anak," demikian Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell memperingatkan.

Kebakaran hutan dan gelombang panas yang melanda India, Eropa, dan Amerika Utara tahun ini adalah "contoh serius lainnya dari dampak perubahan iklim terhadap anak-anak," imbuhnya.

Data baru yang dipublikasikan dalam laporan badan tersebut, yang bertajuk "Tahun Paling Dingin di Sisa Hidup Mereka" (The Coldest Year of the Rest of Their Lives), menggarisbawahi bahwa anak-anak menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan orang dewasa ketika dihadapkan dengan kondisi panas yang ekstrem.
 
   Hal ini terjadi karena kemampuan anak-anak untuk mengatur suhu tubuhnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Semakin sering seorang anak terpapar gelombang panas, semakin besar kemungkinan munculnya masalah kesehatan seperti kondisi pernapasan kronis, asma, dan penyakit kardiovaskular


"Dunia benar-benar perlu berinvestasi dalam upaya pembangunan ketahanan mereka, dan dalam mengadaptasi semua sistem yang diandalkan anak-anak untuk menghadapi tantangan berupa perubahan iklim yang begitu cepat," kata UNICEF.

Hal ini terlepas dari apakah rata-rata suhu global naik 1,7 derajat Celsius di atas level praindustri jika emisi gas rumah kaca rendah, atau apakah rata-rata suhu itu naik 2,4 derajat Celsius, jika emisi tergolong tinggi.

Anak-anak harus dilindungi dari dampak gelombang panas yang meningkat, kata UNICEF dalam seruan untuk melakukan "langkah-langkah mitigasi emisi yang mendesak dan dramatis guna mengatasi pemanasan global, dan melindungi nyawa."

Anak-anak di wilayah utara akan menghadapi peningkatan paling dramatis dalam hal tingkat keparahan gelombang panas tinggi, sementara pada 2050, hampir setengah dari semua anak di Afrika dan Asia akan menghadapi paparan suhu tinggi ekstrem di atas 35 derajat Celsius, menurut data UNICEF.

"Ini akan berdampak buruk terhadap anak-anak," kata Vanessa Nakate, aktivis iklim sekaligus duta persahabatan UNICEF, demikian Xinhua dikutip Rabu.


 

Penerjemah: Xinhua
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022