kami mendukung dalam bentuk Sekolah Lapang Kearifan Lokal
Jakarta (ANTARA) - Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Sjamsul Hadi mendorong generasi muda dapat mengenali kearifan lokal.

“Kami mendorong generasi muda untuk kembali mengenali kearifan lokal yang ada, melalui sebuah gerakan bersama, kami mendukung dalam bentuk Sekolah Lapang Kearifan Lokal, selama satu tahun ini. Saat ini telah memasuki pengembangan dan pemanfaatannya,” ujar Sjamsul dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Sebelumnya, generasi muda Kampung Yoboi, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, menyelenggarakan Festival Ulat Sagu. Festival itu dilaksanakan setiap tahun oleh Masyarakat Kampung Yoboi sebagai daya tarik atraksi wisata sekaligus melestarikan budaya mereka.

Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek juga menyelenggarakan Sekolah Lapang Kearifan Lokal, khusus untuk Kampung Yoboi telah memasuki tahap pengembangan dan pemanfaataan Obyek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang sebelumnya telah diadakan tahap Temu Kenali OPK pada bulan Agustus, Kemudian tahap pengkurasian OPK yang ditemukenali di bulan September.

“Budaya sagu sebenarnya sudah ada dari leluhur masyarakat Papua, dengan ini kami kembangkan dan kita kembalikan, dengan konsep kembali ke alam, dari daun, batang, dan pohon sagunya bisa kita tampilkan pada Festival Ulat Sagu ini” sambung Sjamsul Hadi.

Baca juga: Presiden apresiasi Kesultanan Buton mampu menjaga kearifan lokal
Baca juga: Kearifan lokal Gorontalo benteng tangguh penangkal radikalisme

Sekolah Lapang Kearifan Lokal itu merupakan jawaban dari pemerintah akan bergesernya nilai budaya yang mulai ditinggalkan karena perkembangan zaman.

Ke depan, Direktorat Jenderal Kebudayaan membuka ruang untuk menampung aspirasi untuk inovasi yang dibutuhkan masyarakat adat melalui jalan kebudayaan.

“Hal ini merupakan amanat Presiden Joko Widodo khususnya dalam hal kedaulatan pangan. Melalui program ini kami telah mendorong menggali potensi untuk kembali ke makanan lokal melalui tanaman-tanaman lokalnya. Gerakan ini telah kami bangun dari NTT, Kalimantan, dan Papua, ke depan semoga bisa ke wilayah-wilayah lainnya dengan menggandeng generasi muda untuk membangun dan kembali ke budaya adatnya masing-masing.” jelas Sjamsul.

“Pohon Sagu sangat berarti untuk menopang kehidupan kita di tanah Papua, khususnya di Kabupaten Jayapura. Kebutuhan dasar manusia cuma ada tiga: sandang, pangan, papan. Semuanya bisa didapat dari pohon sagu. Oleh sebab itu tidak ada salahnya kalau Papua dinyatakan sebagai surga yang turun di bumi ini” kata Wakil Bupati Jayapura Giri Wijayanto.

Giri mengaku prihatin dengan banyaknya lahan sagu yang mulai dimanfaatkan untuk perumahan. Festival Ulat Sagu yang bertepatan dengan Kongres Masyarakat Adat (KMAN) yang dilaksanakan 25 Oktober hingga 27 Oktober 2022, yang merupakan momen yang tepat bagi para pandu budaya untuk berunjuk gigi mempertunjukkan budaya lokal yang mereka miliki.

Baca juga: Warga Kampung Abar Papua gelar festival makan papeda
Baca juga: Gubernur Jatim tekankan perencanaan pembangunan sesuai kearifan lokal
Baca juga: JBI OKU rehabilitasi kawasan hutan dan DAS dengan kearifan lokal

 

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022