Jakarta (ANTARA) - Pakar Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Universitas Griffith, Dicky Budiman mengatakan sedikitnya 1,7 juta orang meninggal akibat penyakit gangguan  ginjal akut setiap tahun.

"Secara data epidemiologis itu menunjukkan 13,3 juta jiwa, setidaknya setiap tahun kasus ini terjadi, ini cukup besar dan 1,7 juta jiwa diantaranya mengalami kematian," ujar Dicky dalam diskusi daring "Waspada Gangguan Ginjal Akut pada Anak," di Jakarta, Rabu.

Dicky menyebut jika fungsi ginjal dalam menyaring zat-zat yang beracun terganggu, penurunan fungsi tersebut yang menjadi berbahaya.

Baca juga: Kemenkes: Pemerintah gerak cepat tangani kasus gangguan ginjal akut

Gangguan ginjal akut, menurut Dicky, terjadi dalam waktu singkat. Dalam data epidemiologis, rata-rata terjadi 5 atau 7 hari, namun ada yang terjadi dalam waktu mingguan dan tidak terjadi dalam waktu satu bulan.

Yang perlu dipahami, lanjutnya, kasus gangguan ginjal akut, terutama ditemukan pada kasus di negara berkembang, 85 persen disebabkan adanya infeksi pada tubuh. Selain itu, bisa diakibatkan dari kualitas air yang dikonsumsi. Sebab, ginjal membutuhkan air dalam bekerja.

Dicky mengatakan sebaiknya mengonsumsi air berkualitas baik. "Kualitas air yang baik ini juga akan menentukan kesehatan ginjal di satu populasi," ujar Dicky.

Penyebab selanjutnya, bisa dari obat yang dikonsumsi oleh pasien atau suatu populasi penduduk. Bukan hanya dari obat dalam sediaan cair saja, bisa juga berbentuk suplemen atau minuman ringan.

Baca juga: Dokter sarankan orang tua pantau kondisi urine anak untuk cegah GGAPA

Baca juga: KSP: Perkuat surveilans untuk cegah "gunung es" gangguan ginjal akut


Penyakit gangguan ginjal akut juga bisa dipicu dari kurangnya minum air putih dan faktor komorbid.

Selanjutnya, penyebab yang tidak sering, namun menyebabkan wabah atau krisis kesehatan masyarakat, seperti di Gambia, Nigeria, Bangladesh, India, dan Indonesia, yakni keracunan obat dalam bentuk sediaan cair (sirop).

"Populasi anak-anak kita ini sebagian mengonsumsi sirop yang tercemar oleh zat etilen glikol, dietilen glikol. Enggak boleh, karena sebetulnya syarat ideal suatu obat dan makanan tidak boleh ada itu," ujar Dicky.

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022