Jakarta (ANTARA) - Pengasuh Pondok Pesantren Salafiah Seblak, Jombang, Jawa Timur, KH Abdul Halim Mahfudz mengatakan peran pemuda dalam konteks lingkungan pesantren (santri) memiliki peran besar membawa semangat Sumpah Pemuda untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) .

"Hari Sumpah Pemuda yang berdekatan dengan Hari Santri sejatinya pesannya jelas, yakni para santri ataupun generasi muda harus memegang teguh mengenai kesatuan, persatuan, dan ideologi negara," ujar KH Abdul Halim Mahfudz dalam rilis BNPT yang diterima di Jakarta, Rabu.

Pria yang akrab disapa Gus Iim mengatakan bukan tanpa sebab bahwa pemuda harus mampu memegang teguh persatuan, namun ia memahami pemuda saat ini hidup di era informasi dan komunikasi yang cepat dan deras.

Dia mengatakan bahwa hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para pemuda jika tidak memiliki bekal komitmen kebangsaan yang cukup.

"Pemuda di era sekarang itu hidup dalam era yang berat, informasi itu bisa jadi tabrakan satu dengan yang lain. Kalau pemuda itu sendiri tidak memiliki bekal, tidak memiliki pengalaman dalam menghadapi informasi semasa itu, tentunya dia bisa bingung," kata Gus Iim.

Baca juga: BNPT libatkan 20 ribu perempuan berkebaya untuk cegah terorisme
Baca juga: BNPT: Publik waspadai konten ideologi transnasional di medsos


Gus Iim menjelaskan sebagaimana dalam Qanun Asasi KH. Hasyim Asy’ari yang diutamakan merupakan persatuan. Hal inilah yang menurut Gus Iim perlu menjadi fondasi atau pegangan bagi kaum pemuda, khususnya santri dalam perannya menjaga dan merawat nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

"Jadi anak muda ya harus tetap berpegang pada itu. Termasuk di antaranya kalau Qanun Asasi itu persatuan. Pancasila semangat persatuan. Sama dengan Islam menganggap bahwa persatuan antarsesama itu sangat penting," jelasnya.

Untuk itu, Gus Iim menyebut promosi akan nilai toleransi menjadi hal penting untuk dikampanyekan kepada para pemuda karena Indonesia adalah negeri yang mempunyai ideologi hasil rumusan para leluhur bangsa, yaitu Pancasila, dan kesepakatan bersama yang dibuat para "founding fathers" atau para pendiri bangsa ini mengenai pentingnya menjaga keutuhan dan persatuan bangsa dengan merawat toleransi.

"Khawatirnya kalau anak muda sampai terjebak iming-iming, apakah itu iming-iming ideologi, iming-iming ekonomi, bahkan iming-iming politik dan segala macam. Jadi penanaman nilai-nilai toleransi untuk menjaga persatuan antaranak atau seluruh warga bangsa ini perlu dilakukan dan ditanamkan kepada para generasi muda," katanya.

Untuk itu, alumni Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya ini menegaskan bagaimana pemuda khususnya santri harus dapat menunjukkan upaya konkret dalam melawan radikalisme yang dapat merusak persatuan bangsa .

"Jadi generasi muda harus cerdas dan cermat untuk mewaspadai apa yang dikemas itu seolah-olah benar. Padahal itu adalah kemasan bungkusan yang dibuat-buat untuk mengelabuhi generasi muda," kata cicit Pendiri Nahlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari ini.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022