Singapura (ANTARA) - Harga minyak lanjutkan kenaikan di awal perdagangan Asia pada Kamis, setelah melonjak lebih dari tiga persen di sesi sebelumnya, didorong oleh rekor ekspor minyak mentah AS dan dolar AS yang lebih lemah.

Minyak mentah berjangka Brent terangkat 25 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 95,94 dolar AS per barel pada pukul 00.15 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 19 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan pada 88,10 dolar AS per barel

Stok minyak mentah AS naik 2,6 juta barel pekan lalu, menurut data mingguan pemerintah pada Rabu (26/10/2022), dengan ekspor minyak mentah naik menjadi 5,1 juta barel per hari, terbesar yang pernah ada.

Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya selisih harga WTI-Brent, yang ketika memasuki perdagangan Rabu (26/10/2022), mencapai lebih dari delapan dolar AS per barel.

Pelemahan dolar juga menambah dukungan, karena penguatan greenback akhir-akhir ini telah menjadi faktor penting yang menghambat kenaikan pasar minyak. Dolar yang lebih lemah membuat minyak mentah berdenominasi greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Harga juga naik karena laporan berita Bloomberg bahwa Amerika Serikat dan Uni Eropa kemungkinan akan menerima pembatasan yang lebih longgar dengan harga yang lebih tinggi dari yang pernah dibayangkan, dengan hanya negara-negara Kelompok Tujuh (G7) dan Australia yang berkomitmen untuk mematuhinya, laporan mengatakan mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.

Eropa diperkirakan bulan depan akan melarang impor minyak dari Rusia dan membatasi pengirim Rusia dari industri asuransi pengiriman global.


Baca juga: Harga minyak melonjak didorong ekspor besar AS dan melemahnya dolar
Baca juga: IEA: Dunia dalam "krisis energi global pertama yang sesungguhnya"
Baca juga: Harga minyak naik didorong pelemahan dolar dan kekhawatiran pasokan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022