Bandung (ANTARA) - PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re menyelenggarakan Indonesia Re Actuarial Seminar 2022 pada 27-29 Oktober 2022 di Bandung, untuk meningkatkan kesadaran pelaku usaha asuransi jiwa nasional dalam menghadapi perubahan signifikan yang terjadi di industri akibat pandemi Covid-19.

Direktur Keuangan dan Aktuaria Indonesia Re Maria Elvida Rita Dewi menjelaskan pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021 telah banyak menyebabkan perubahan yang berdampak pada industri asuransi jiwa di Indonesia.

Oleh karena itu, jelas dia, Indonesia Re sebagai reasuradur nasional terbesar di Indonesia ingin mewujudkan visi dan misinya yaitu menjadi mitra yang kredibel dalam penyediaan solusi reasuransi dengan kapabilitas inovasi tingkat dunia dan meningkatkan pengetahuan, kapabilitas dan penerapan inovasi dalam asuransi/reasuransi.

“Sesuai dengan komitmen Indonesia Re, untuk senantiasa menjadi center of knowledge bagi industri asuransi di Indonesia. Komitmen tersebut salah satunya direalisasikan dalam rangkaian kegiatan seminar, training, maupun sharing session, yang dilakukan secara berkala dan ditujukan sebagai salah satu wujud dari secondary services Indonesia Re kepada relasi selaku mitra bisnis Indonesia Re,” jelas wanita yang akrab disapa Vida ini.

Vida memerinci, ada 30 perusahaan relasi Indonesia Re yang diundang dalam Indonesia Re Actuarial Seminar 2022. Undangan itu terutama ditujukan kepada para aktuaris, tim valuasi, pricing atau product development pada masing-masing perusahaan asuransi jiwa tersebut.

Pasalnya, jelas dia, aktuaris memegang peranan penting dalam industri asuransi jiwa.

“Aktuaris menjalankan kebijakan perusahaan asuransi jiwa sehingga diharapkan acara ini dapat meningkatkan awareness kepada aktuaris yang ikut serta dalam event ini,” ungkapnya.

Vida menambahkan, seminar yang akan menjadi agenda tahunan dari Direktorium Life Reinsurance Indonesia Re tersebut akan membahas tiga materi.

Pertama adalah Individual Health Experience Study. Menurutnya, materi ini akan menjelaskan bagaimana dinamika line of business individual health dalam beberapa tahun terakhir.

Adapun Catastrophe Mortality Model akan menjadi materi kedua. “Materi ini akan menjelaskan bagaimana aktuaris dapat membuat model terkait pandemic dan bagaimana model ini bisa menjadi alat untuk memitigasi risiko di masa depan,” katanya.

Sementara itu, materi ketiga adalah Shifting Risk in Pandemic and The Opportunity. Dalam materi ini akan dibahas bagaimana pandemi telah berlangsung dengan tantangan dan juga kesempatan yang muncul pada masa depan.

Di samping pandemi, Maria mengungkapkan tantangan lain yang dihadapi industri reasuransi saat ini adalah adanya potensi kenaikan inflasi, perang Rusia-Ukraina, serta perubahan iklim.

"Sehingga kebijakan harga dan term & condition masih menjadi tantangan bagi perusahaan reasuransi dalam melakukan negosiasi dengan para perusahaan asuransi jiwa," ungkapnya.

Ke depan, ungkap Vida, industri asuransi dan reasuransi dinilai masih harus mewaspadai potensi klaim terkait Covid-19 kendati situasi pandemi sudah relatif terkendali.

"Industri asuransi dan reasuransi juga masih harus mewaspadai potensi datangnya klaim-klaim terkait Covid-19 yang tertunda penyampaiannya dari pemegang polis.”

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2022