Bengaluru (ANTARA) - Saham-saham di bursa Inggris melemah pada awal perdagangan Jumat, terseret oleh ekuitas terkait komoditas di tengah kekhawatiran atas perluasan pembatasan COVID-19 di China, dan karena laporan bahwa pemerintah baru Inggris sedang mempertimbangkan untuk menaikkan pajak rejeki nomplok (windfall tax) pada produsen minyak dan gas.


Perdana Menteri Rishi Sunak dan Menteri Keuangan Jeremy Hunt sedang menjajaki kenaikan pajak tambahan dan pemotongan pengeluaran publik, termasuk peningkatan pajak rejeki nomplok pada produsen minyak dan gas, untuk mengisi lubang di keuangan publik, Financial Times melaporkan.


Indeks saham-saham unggulan FTSE 100 berorientasi ekspor tergelincir 0,9 persen pada pukul 07.07 GMT, tetapi berada di jalur untuk kenaikan mingguan.

Baca juga: Saham Inggris berakhir positif, indeks FTSE 100 terkerek 0,25 persen

Saham sektor energi merosot 0,7 persen setelah indeks menyentuh tertinggi lebih dari dua tahun pada Kamis (27/10/2022) menyusul hasil kinerja Shell yang menggembirakan.


Harga minyak dan logam turun di tengah kekhawatiran permintaan setelah China, konsumen bahan baku utama dunia, memperluas pembatasan COVID-19.


Sektor pertambangan anjlok 3,1 persen setelah Glencore memperkirakan penurunan pendapatan inti yang disesuaikan pada semester kedua untuk unit perdagangannya, karena operasinya dilanda kondisi cuaca ekstrem di Australia dan hambatan rantai pasokan di Kazakhstan. Saham penambang yang berbasis di Swiss itu turun 3,3 persen.

Baca juga: Saham Inggris naik, investor andalkan laba perusahaan yang optimis

Sementara itu, indeks FTSE 250 yang berorientasi domestik melemah 1,0 persen, tetapi juga akan mengakhiri minggu dengan kenaikan tajam.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022