Brussels (ANTARA) - Inflasi zona euro melonjak lebih besar dari yang diperkirakan pada Oktober, data menunjukkan pada Senin (31/10/2022), memicu ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan melanjutkan kenaikan suku bunga besar meskipun pertumbuhan ekonomi melambat.

Inflasi di 19 negara yang berbagi euro meningkat menjadi 10,7 persen pada Oktober dari 9,9 persen sebulan sebelumnya menurut data Eurostat, mengalahkan ekspektasi dalam jajak pendapat Reuters sebesar 10,2 persen dan jauh lebih tinggi dari target inflasi ECB 2,0 persen.

Eurostat juga memperkirakan bahwa produk domestik bruto zona euro, sementara melambat tajam dari kuartal sebelumnya, naik 0,2 persen kuartal-ke-kuartal untuk kenaikan 2,1 persen tahun-ke-tahun.

Beberapa ekonom memperkirakan bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan menciptakan ruang bagi bank sentral untuk terus mengambil langkah-langkah memerangi inflasi yang kuat.

"Data hari ini meningkatkan kemungkinan bahwa ECB akan menaikkan suku bunga utamanya lagi sebesar 75 basis poin pada Desember," kata Commerzbank dalam sebuah catatan penelitian kepada klien.

Pertumbuhan itu penting karena banyak ekonom percaya bahwa ECB tidak ingin terus menaikkan suku bunga selama perkiraan resesi zona euro, yang digembar-gemborkan oleh perlambatan pertumbuhan pada Juli-September dibandingkan dengan pertumbuhan triwulanan 0,8 persen dan 4,3 persen tahun-ke-tahun pada periode April-Juni.

Namun, beberapa tidak mengecualikan gagasan itu.

"Kami terus memperkirakan putaran kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember, diikuti oleh kenaikan 25 basis poin lebih lanjut pada pertemuan berikutnya di Februari," kata Ken Wattret, ekonom di S&P Global Market Intelligence.

ECB telah menaikkan suku bunga gabungan 200 basis poin dalam tiga bulan terakhir dan menjanjikan lebih banyak kenaikan segera setelah Desember.

Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni sama-sama menyatakan keprihatinan bahwa kebijakan pengetatan semacam itu dapat mengintensifkan penurunan kawasan.

Setelah data Oktober, pembuat kebijakan cenderung khawatir bahwa pertumbuhan harga-harga yang mendasari, yang mengecualikan harga makanan dan bahan bakar yang bergejolak, terus meningkat, menunjuk pada tekanan harga-harga yang meluas, yang meningkatkan risiko inflasi tinggi akan mengakar.

Inflasi yang melonjak dan pertumbuhan yang melambat terutama disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina dan gangguan selanjutnya dari pengiriman gas Rusia ke Eropa. Itu telah mendorong kenaikan harga energi dan inflasi yang lebih luas, memicu kenaikan suku bunga dan menyebabkan perlambatan kegiatan ekonomi dan penurunan kepercayaan.

Jerman, ekonomi terbesar Eropa, melawan tren pertumbuhan yang lebih luas pada kuartal ketiga dengan sedikit percepatan pertumbuhan kuartalan menjadi 0,3 persen dari 0,1 persen pada kuartal kedua, meskipun ekonominya masih melambat secara tahunan.

Belgia, Latvia, dan Austria semuanya telah mencatat penurunan PDB triwulanan pada periode Juli-September.

Baca juga: Tagihan energi melonjak, defisit transaksi berjalan zona euro melebar
Baca juga: Perubahan kebijakan moneter AS berdampak pada zona euro
Baca juga: Aktivitas pabrik zona euro Agustus kontraksi, konsumen berhati-hati

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022