Jakarta (ANTARA) - Pendidikan vokasi memiliki peranan untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang selaras dengan kebutuhan industri, yaitu melalui kolaborasi yang berbasis pada rasa saling percaya (trust) dan saling menguntungkan (mutual benefit).

“Pendidikan vokasi harus responsif untuk mengikuti tren yang berkembang di industri. Peluang dari industri busana Muslim ini sudah ditangkap oleh pendidikan vokasi, salah satunya dalam bentuk inovasi adibusana hasil rancangan insan vokasi,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati, di Jakarta, Selasa.
​​​
Dalam mendukung sektor industri adibusana di Tanah Air, pendidikan vokasi memiliki potensi mencetak talenta-talenta unggul di bidang busana melalui 1.130 SMK yang membuka kompetensi keahlian tata busana dan 15 perguruan tinggi vokasi yang membuka program studi yang berkaitan dengan tata busana, mode, dan busana.

Kiki menambahkan, sejumlah inovasi vokasi adibusana telah diperagakan pada ajang berkelas internasional, seperti Jakarta Muslim Fashion Week (JMFW) 2023 dan Indonesia International Modest Fashion Festival ISEF 2022. Karya-karya tersebut merupakan hasil rancangan peserta didik SMK dan hasil riset dari perguruan tinggi vokasi.

Melalui Program Merdeka Belajar, Kemendikbudristek terus berupaya mendorong keterlibatan industri dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan vokasi. Salah satu di antaranya adalah pada Program SMK Pusat Keunggulan. Pada gelaran JMFW 2023, terdapat 10 satuan pendidikan vokasi yang karyanya diperagakan pada parade khusus bertajuk Mahakarya Vokasi Adibusana. Dari enam SMK yang koleksinya ditampilkan, empat di antaranya merupakan sekolah pengampu Program Pusat Keunggulan.

“Kami optimistis bahwa inovasi mahakarya vokasi adibusana tersebut dapat ikut bersaing, bahkan memberikan nilai tambah bagi perkembangan fesyen muslim atau modest fashion di Indonesia, terutama pada tren sustainable fashion,” ucap Kiki.

Memanfaatkan limbah masker

Proyek penelitian tim periset asal Politeknik Negeri Media (Polimedia) Kreatif Jakarta, Drimedia, berupaya menjawab permasalahan lingkungan tentang limbah masker disposable.

Ketua Tim Periset Polimedia Kreatif, Rani Watye menjelaskan, limbah masker dihancurkan dengan proses ekstrusi dan dicetak dengan proses hotpress agar dapat dimanfaatkan kembali menjadi bahan atau motif pakaian. Hasil riset Drimedia adalah berupa busana ready to wear dengan judul koleksi Affinity, dan sudah diperagakan pada gelaran JMFW 2023 belum lama ini.

“Kami menggandeng mitra industri, yaitu Badui's Project yang berperan dalam memproduksi busana dan promosi. Prospek produk ini adalah sebagai produk sustainable fashion. Material kain masih bisa dikembangkan sehingga tidak memerlukan tekstil lainnya,” terang Rani.

Koleksi Affinity yang sudah tersedia adalah bomber jacket, blouse, dress, pencil skirt dan culottes dengan nuansa warna navy, light blue, black, dan grey.

Rani beserta timnya sendiri merupakan penerima Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri - Dosen PT Vokasi dengan skema pendanaan dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek.

Membawa Batik Lasem pada ajang busana dunia

Selain Polimedia, tim periset dari Universitas Kristen Maranatha juga berkesempatan untuk unjuk gigi pada gelaran JMFW 2023, bahkan masuk ke dalam daftar inovasi vokasi yang ditampilkan pada parade Mahakarya Vokasi Adibusana. Kajian riset yang digawangi oleh Yosepin Sri Ningsih itu fokus pada upaya peningkatan nilai guna produk unggulan suatu wilayah dalam konteks busana dengan studi kasus wilayah Lasem.

“Hingga saat ini Lasem menjadi wilayah yang masih mempertahankan kerajinan batik tulis, di saat daerah lain sudah banyak bercampur dengan batik cap. Wastra batik tulis Lasem kemudian dikembangkan melalui kegiatan riset terapan dengan peningkatan nilai guna, dari yang tadinya hanya berupa lembaran kain yang basa digunakan untuk sarung dan kain panjang kemudian diolah menjadi ragam produk mode,” kata Yosepin.

Pada risetnya, Yosepin dan tim melibatkan berbagai mitra, yaitu UD Pusaka Beruang, Yayasan Lasem Heritage, dan Asia Pacific Rayon. Hasil dari risetnya adalah berupa berbagai hasil pengembangan dalam bentuk empat koleksi fesyen yang menerapkan tren bagi target market yang berbeda-beda. Ia menambahkan, pembuatan koleksi menggunakan pendekatan sustainable fashion sehingga tahapan-tahapan dalam produksi hingga sosialisasi mempertimbangkan aspek berkelanjutan.

“Masing-masing inspirasi kemudian dikemas dalam tren berbeda yang ditujukan bagi segmentasi yang berbeda. Koleksi yang kami tampilkan dalam Mahakarya Vokasi Adibusana pada JMFW 2023 adalah batik tiga negeri yang memasukkan kain batik dengan denim,” imbuh Yosepin.

Berkat jejaring yang dimiliki oleh para mitra, hasil riset ini telah berkembang dan mendapatkan pesanan pada berbagai acara, seperti suvenir official G20 untuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan suvenir bagi pertemuan Kementerian Lingkungan Hidup tingkat dunia di Mesir. Prospek lainnya adalah permintaan sharing dari kampus luar negeri melalui program visiting scholar dan pameran dari Silpakorn University Thailand, serta program joint research dari Keimyung University, Korea Selatan. ***3***

Baca juga: Ditjen Pendidikan Vokasi tampilkan 60 busana dalam JMFW 2023
Baca juga: Airlangga: Pelatihan vokasi solusi penuhi kebutuhan tenaga kerja
Baca juga: Pemerintah dorong peningkatan kualitas SDM dan pendidikan vokasi

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022