Banjarmasin (ANTARA) - Pengembangan keterampilan guru mengemas proses pembelajaran yang mengarah pada penumbuhan keterampilan siswa di era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 harus semakin gencar digalakkan.

Setiap satuan pendidikan wajib melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif berdasarkan seluruh indikator yang terkandung pada berbagai keterampilan yang harus dimiliki siswa.

Kementerian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi RI sejak tahun 2020 telah menggulirkan Program Pendidikan Guru Penggerak yang diharapkan menjadi pemimpin pembelajaran dan berperan sebagai agen pendorong transformasi pendidikan di Indonesia.

Semangat memajukan pendidikan Indonesia dimulai dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik.

Salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Hasbunallah Mabu'un, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan, Sarbani Yusuf (35) mengaku kerap mengedepankan sistem diskusi dan kerja kelompok untuk menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar di kelas.

Tak jarang dia selalu mengaitkan dengan hal-hal kekinian supaya peserta didik lebih cepat memahami apa yang ingin disampaikan atau dijelaskan kepada siswa.

Misalnya istilah unsur intrinsik cerpen, ada istilah point of view (POV) yang sekarang sering digunakan di aplikasi Tiktok. Tentu makna di Tiktok dan makna point of view di cerpen berbeda, namun tujuannya agar siswa bisa lebih tertarik mempelajarinya.

Kreativitas guru pun diuji mana kala banyak siswa kurang semangat mencari materi jika menggunakan buku, lantaran anak terbiasa memainkan ponsel dengan membuka Google.

Sarbani punya trik dengan mengemas suasana belajar tetap menyenangkan tanpa ponsel lewat permainan, seperti kuis di sela jam pelajaran, hingga membuat kelompok-kelompok kecil untuk menjawab soal di luar kelas, yakni menggunakan pekarangan atau halaman sekolah yang teduh.

Strategi serupa dilakukan Ahmad Kamaludin (42), guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAI BP) SDN Pemurus Dalam 5 Banjarmasin yang selalu mendorong keaktifan siswanya di kelas.

Sebagai guru mata pelajaran Agama Islam di sekolah dasar, dia menekankan pentingnya pembiasaan hafalan bacaan dan gerakan shalat serta surah-surah pendek yang dibaca ketika shalat.

Setiap mengawali pembelajaran, seluruh peserta didik diminta membaca bacaan shalat, mulai doa sesudah adzan sampai tahiyat akhir dibaca secara bersama-sama serta ditambah membaca surah-surah pendek dari Q.S At Takatsur hingga An Nas.

Tujuannya agar peserta didik yang asalnya tidak hafal menjadi hafal, walaupun mereka masih belum bisa membaca Al Quran secara benar.

Upaya meningkatkan minat belajar siswa mengikuti pelajaran disiasati dengan terus memberikan motivasi betapa pentingnya pendidikan agama melalui literasi untuk meningkatkan keterampilan membaca pada siswa.

Peserta didik diberi waktu lima hingga 10 menit untuk membaca materi yang akan diajarkan maupun yang telah diajarkan.

Tentunya sebagai guru pendidikan Agama Islam, implementasi dari hakikat beragama menjadi hal utama dikedepankan kepada peserta didik.

Seperti kewajiban shalat lima waktu harus dilakukan siswa, senantiasa berbuat kebaikan dengan menolong teman yang kesusahan hingga berbakti kepada kedua orang tua.

Siswa juga sering ditanya apakah bangun subuh tadi untuk shalat. Mereka diajarkan untuk tidak berbohong. Anak harus menjawab dengan jujur karena ini sangat penting untuk pendidikan karakter anak.
Pakar pendidikan Universitas Lambung Mangkurat Prof Ahmad Suriansyah. (ANTARA/Firman)

Pembelajaran inovatif

Peningkatan kompetensi guru di era tuntutan tenaga pengajar inovatif dengan segala tantangannya memang dibutuhkan kerja sama yang erat antara praktisi di satuan pendidikan dan akademisi di perguruan tinggi.

Sebagai bentuk dukungan penuh dalam mengembangkan keterampilan guru, dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Magister Administrasi Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) melaksanakan program bimbingan teknis yang ditujukan bagi guru sekolah dasar (SD) di Kota Banjarmasin guna memberikan pendalaman pengetahuan tentang berbagai keterampilan yang harus dikembangkan pada siswa, khususnya pada era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0.

Tim pengabdian kepada masyarakat yang diketuai Prof Ahmad Suriansyah, dengan anggota Akhmad Riandy Agusta, M.Pd dan Dr. Ngadimun, MM beserta 10 mahasiswa gabungan Program Studi PGSD dan Magister Administrasi Pendidikan ULM mengemas kegiatan bimbingan teknis, mulai pengenalan berbagai indikator keterampilan yang wajib dikembangkan oleh guru secara menyeluruh.

Para guru diberikan pembekalan secara klasikal disertai dengan rancangan aktivitas pembelajaran inovatif yang mengarah pada pengembangan berbagai keterampilan.

Kegiatan dirancang mulai pembekalan awal tentang berbagai keterampilan di era Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 beserta contoh konkret implementasinya dalam proses pembelajaran.

Kegiatan berlanjut dengan memberikan sosialisasi model pembelajaran inovatif hasil penelitian pengembangan selama dua tahun terakhir yang diberi nama Gawi Sabumi.

Model pembelajaran tersebut bukan sekadar nama, tetapi melingkupi seluruh sintaksis pembelajaran yang terdiri dari kelompok, analisis, bekerja sama, menginformasikan, memecahkan masalah di luar ruangan, aktualisasi solusi, permainan pertempuran, kesatuan dalam bermain peran, mengelola kesimpulan dan menciptakan kreasi.

Tim ULM telah mengembangkan model pembelajaran yang diteliti substansi, kebermaknaan langkah pembelajaran, keunikan model dari model pembelajaran yang lain serta kontribusinya dalam mengembangkan berbagai keterampilan yang harus dimiliki siswa sekolah dasar di era Revolusi Industri 4.0.

Sementara itu, untuk mengembangkan keterampilan guru dalam merancang model pembelajaran inovatif serupa, Prof Ahmad Suriansyah dan tim juga merancang model pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak di sekolah.

Hal ini tentu akan melahirkan berbagai model pembelajaran inovatif baru serta disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang beragam.

Prinsipnya, mengenalkan upaya inovatif guru dalam mengembangkan proses pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.

Setiap siswa yang ada di dalam kelas memiliki kekhasan masing-masing yang tentunya heterogen dari sisi latar belakang sosial budaya, ekonomi, latar belakang pendidikan orang tua, lingkungan masyarakat tempat mereka bergaul, serta lingkungan alam yang didominasi oleh lingkungan lahan basah.

Harapan ke depan guru tidak hanya merancang pembelajaran menggunakan model yang telah ditemukan para pakar, tetapi mampu mengombinasinya dengan berbagai sintaksis tambahan yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.

Hal ini akan membentuk kreativitas guru dan mendukung keberlangsungan Program Guru Penggerak.

Prof Ahmad Suriansyah menyebut Guru Penggerak sebagai guru inovator, karena guru yang inovatif sangat dibutuhkan guna melahirkan generasi produktif untuk menanggulangi berbagai kebutuhan siswa di masa mendatang.

Tim pengabdian kepada masyarakat ULM telah menyelenggarakan kegiatan ini sejak bulan Mei 2022 hingga Oktober 2022.

Rentang waktu yang tersedia dipergunakan pula untuk membimbing para guru mengemas model pembelajaran inovatif sampai dengan mengimplementasikannya di dalam proses pembelajaran.

Setelah dilakukan penilaian rekan sejawat bagi para guru peserta bimbingan teknis, 100 persen peserta telah memiliki keterampilan yang sangat baik dalam mengemas model pembelajaran inovatif yang diberi nama menarik, sesuai dengan kekhasan berbagai keterampilan yang dikembangkan pada siswa di dalam kelas.

Bahkan dari kegiatan ini para guru telah menghasilkan model pembelajaran inovatif, yang selanjutnya disusun dalam buku panduan model pembelajaran dan telah mendapatkan hak cipta dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Produk model pembelajaran beserta hak cipta ini menjadi penanda komitmen penuh tim ULM untuk mengembangkan jiwa kreatif dan inovatif pada guru sekolah dasar, karena mereka pemegang peran strategis lahirnya generasi penerus yang produktif di masa mendatang.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022