Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Polisi Boy Rafli Amar mengatakan rasa persaudaraan tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras, dan golongan merupakan kunci terciptanya persatuan.

"Dengan semangat persaudaraan sejati maka ikhtiar kita untuk dapat menyongsong Indonesia emas tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras, dan golongan bisa tercapai," kata Boy Rafli Amar melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikan Kepala BNPT dalam Penandatanganan Nota Kesepahaman tentang Sinergisitas Pencegahan Tindak Pidana Terorisme antara BNPT RI dengan Badan Musyawarah Antar-Gereja (BAMAG).

Menurut Boy, Indonesia berbeda dengan negara lainnya karena begitu beragam sehingga perbedaan harusnya menguatkan, bukan malah menjadi permasalahan.

Ia mengatakan membangun persaudaraan sejati merupakan kewajiban seluruh umat beragama.

"Sebagai warga negara kita diajarkan untuk bertoleransi, diajarkan untuk menghargai perbedaan dalam beragama," kata dia.

Baca juga: BNPT: Warung NKRI sarana warga bahas kebangsaan lawan intoleransi
Baca juga: BNPT terus menyerukan lawan narasi intoleran di ruang publik


Setiap agama mengajarkan kebaikan bagi pemeluknya. Tidak ada keraguan hidup berdampingan secara damai. Hal ini bisa dilihat dari Sabang sampai Merauke, kata mantan Kapolda Papua tersebut.

Dia menegaskan tanpa adanya persaudaraan sejati, maka mustahil tercipta suatu persatuan dan kesatuan, termasuk adanya sebuah semangat gotong royong dalam membangun bangsa.

Sementara itu, Ketua Umum BAMAG Lembaga Keagamaan Kristen Indonesia (LKKI) Provinsi Jawa Barat Agus Susanto mengatakan umat Kristen diharapkan terlibat aktif mencegah tindak pidana terorisme,dan radikalisme guna menciptakan Indonesia yang damai.

"Umat Kristen dilibatkan secara aktif dalam 'soft approach deradikalisasi'. Pendekatan santai tapi lunak," kata Agus Susanto.

Agus mengapresiasi langkah BNPT RI karena untuk pertama kali sejak Indonesia merdeka umat Kristen dilibatkan dalam konsep pencegahan radikalisme dan hal tersebut akan menjadi saksi sejarah.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022