Sydney (ANTARA) - Saham-saham Asia goyah pada awal perdagangan yang hati-hati pada Rabu pagi, sementara dolar sedikit melemah karena investor bersiap untuk hasil kebijakan Federal Reserve AS dengan banyak yang mencari tanda-tanda perlambatan kenaikan suku bunga di waktu mendatang.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang melemah 0,2 persen pada awal perdagangan, karena penurunan indeks saham unggulan China CSI 300 dan indeks Hang Seng saham Hong Kong mengimbangi kenaikan indeks KOSPI Korea Selatan dan indeks S&P/ASX 200 Australia.

Indeks Nikkei Jepang kehilangan 0,1 persen.

Bank sentral terbesar di dunia akan merilis pernyataan kebijakannya pada Rabu pukul 14.00 waktu setempat (18.00 GMT), dengan investor bersiap untuk mencermati pernyataan dan komentar dari Ketua Fed Jerome Powell untuk setiap sinyal bahwa pembuat kebijakan sedang mempertimbangkan untuk mengurangi kenaikan suku bunga.

Pasar secara luas memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 75 basis poin (bps) ke kisaran 3,75 persen hingga 4,00 persen, kenaikan keempat berturut-turut.

Namun, para pedagang terpecah pada ukuran kenaikan pada Desember, dengan pasar berjangka memperkirakan probabilitas 44,5 persen untuk kenaikan 50 basis poin, menurut alat Fed CME.

"Kami menduga Ketua Powell akan berusaha sangat keras untuk menghindari mengatakan apa pun yang mungkin disalahartikan sebagai sinyal bahwa penurunan tak terelakkan dalam ukuran pengetatan adalah poros menuju akhir siklus pengetatan," kata Kevin Cummins, kepala ekonom AS di NatWest Markets.

"Mengingat bahwa data terkait inflasi belum menunjukkan tanda-tanda moderasi apa pun, kami lebih condong ke arah pejabat yang menunda memberi sinyal bahwa mereka akan mengurangi ukuran kenaikan dulu."

Cummins mengharapkan Fed untuk mundur ke kenaikan suku bunga 50 basis poin pada Desember.

Semalam, sebuah survei menunjukkan lowongan pekerjaan AS secara tak terduga naik pada September, menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja tetap kuat. Itu memicu pembalikan imbal hasil obligasi pemerintah dan mengangkat taruhan pasar pada suku bunga di atas 5,0 persen tahun depan.

Saham-saham AS ditutup lebih rendah, dengan Dow Jones Industrial Average tergelincir 0,24 persen, S&P 500 turun 0,41 persen dan Komposit Nasdaq turun 0,89 persen.

Di pasar mata uang, dolar melemah 0,6 persen terhadap yen Jepang menjadi 147,32 yen dalam likuiditas tipis, bergerak lebih jauh dari tertinggi baru-baru ini di 148,84 yen hanya dua sesi lalu. Dolar bertahan sebagian besar stabil terhadap mata uang lainnya.

Mata uang safe-haven greenback menyerahkan beberapa kenaikan cepat tahun ini pada Oktober di tengah spekulasi The Fed mungkin mengindikasikan perlambatan dalam kampanye pengetatan agresif pada pertemuan kebijakan November.

Pengunduran dolar di pasar valuta asing bersifat sementara, menurut jajak pendapat Reuters dari ahli strategi mata uang, yang mengatakan greenback masih memiliki kekuatan yang cukup untuk merebut kembali atau melampaui tertinggi baru-baru ini dan melanjutkan kenaikan tanpa henti.

"Dalam pandangan The Fed, menempatkan AS ke dalam resesi masih merupakan kejahatan yang lebih kecil daripada tidak mengatasi tekanan harga-harga yang mengakar," kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone, dikutip dari Reuters.

"Pandangan saya sendiri adalah risiko condong untuk reaksi hawkish dolar AS lebih tinggi, tetapi saya akan mengenali pergerakan suku bunga yang menunjukkan pasar sebagian besar diposisikan untuk hasil ini."

Imbal hasil obligasi pemerintah AS sebagian besar stabil pada Rabu setelah membalikkan sebagian besar penurunan semalam karena kekuatan tak terduga dalam data pekerjaan.

Imbal hasil obligasi tenor sepuluh tahun turun 2 basis poin menjadi 4,0336 persen, sementara imbal hasil obligasi dua tahun sedikit berubah pada 4,5364 persen.

Baca juga: IHSG diproyeksikan melemah jelang pengumuman hasil rapat Fed
Baca juga: Saham China dibuka merosot, indeks Shanghai terkikis 0,29 persen
Baca juga: Saham Asia menguat jelang keputusan suku bunga Fed

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022