Kemudian secara mendadak anak mengalami penurunan produksi urin, urin berwarna pekat, hingga tidak ada urin sama sekali
Tangerang (ANTARA) - Dokter spesialis anak dr. Nunki Andria mengatakan penyakit gangguan ginjal akut progresif atipikal (Gg GAPA) umumnya diawali dengan demam, infeksi saluran napas hingga infeksi saluran cerna.

"Kemudian secara mendadak anak mengalami penurunan produksi urin, urin berwarna pekat, hingga tidak ada urin sama sekali selama 6-8 jam di siang hari, tanpa ada dehidrasi," kata dr. Nunki Andria di Kota Tangerang, Banten, Rabu.

Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Sari Asih Cipondoh Kota Tangerang itu mengingatkan para orang tua untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap anak-anaknya agar mengantisipasi kejadian ini dan segera mencari pertolongan ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mengatasinya.

Ia pun menyarankan orang tua tidak panik jika gejala-gejala tersebut terjadi pada anak-anak dan untuk sementara ini disarankan tidak memberikan obat-obatan tanpa resep dokter.

“Yang paling utama itu menjaga perilaku hidup bersih, aktif dan menjaga asupan gizi anak agar tetap sehat dan imunitas terjaga,” ujar dr. Nunki.

Baca juga: BPOM: Gangguan ginjal akut momentum penerapan efek jera bagi pelaku

Baca juga: Pemerintah selidiki tuntas kasus gangguan ginjal akut pada anak


Ia menuturkan penyakit Gg GAPA yang terjadi belakangan ini belum bisa disimpulkan penyebabnya dan berbeda dengan gangguan ginjal akut yang sudah ada sejak dulu. Penyakit ini ditemukan sebagian besar pada anak balita tanpa riwayat ginjal sebelumnya.

Kasus gangguan ginjal akut ini berbeda dengan kasus gangguan ginjal akut yang telah terjadi sebelumnya. Sebelumnya, gangguan ginjal akut dapat disebabkan infeksi, kehilangan cairan yang banyak dalam waktu singkat seperti diare dehidrasi berat atau hal lain yang bisa dijelaskan sebagai penyebabnya.

“Pada kasus Gg GAPA ini kondisi anak memburuk dalam jangka waktu yang singkat, sehingga perlu dilakukan penanganan segera,” ujar dr. Nunki.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang dr Dini Anggraeni menuturkan kasus gangguan ginjal akut di Kota Tangerang hingga kini ada enam kasus.

Baca juga: Menkes: Kasus gagal ginjal akut sudah menurun drastis

Temuan adanya kasus ini sudah ada sejak Juni hingga Agustus 2022. Adapun kondisi pasien saat ini, empat orang meninggal dunia, satu orang sudah pulang dan satu lagi masih perawatan.

Dinkes pun menyiapkan rumah sakit khusus untuk penanganan kasus gangguan ginjal akut adalah RSUD Kota Tangerang, RSUP Sitanala, RS EMC, RS Sari Asih Karawaci dan RS Primaya.

Dini mengimbau masyarakat untuk tidak panik dengan adanya kasus gangguan ginjal akut ini. Kepada orang tua yang anaknya mengalami gejala demam diimbau tak sembarangan memberikan obat - obatan serta perhatikan ukuran dosis.

"Sebaiknya, untuk sementara tidak menggunakan obat-obatan. Misalnya jika demam, kompres dengan air hangat, gunakan baju yang tipis, dan yang paling utama menjaga asupan gizi anak-anak, imunitas dan perilaku hidup bersih dan sehat. Terakhir, jika gejala belum juga hilang langsung datangi fasilitas layanan kesehatan agar segera ditangani," katanya.

Baca juga: BPOM ungkap celah produk senyawa perusak ginjal masuk ke Indonesia

Baca juga: Kemenkes: Kasus gangguan ginjal akut di Indonesia 304, terbanyak DKI

 

Pewarta: Achmad Irfan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022