Jakarta (ANTARA) - Salah satu kendala dari deteksi dini kanker serviks atau leher rahim adalah adanya rasa takut dari masyarakat ketika harus menjalani pap smear atau tes pap dan IVA (inspeksi visual asam asetat).

Spesialis kandungan dan ginekologi dr. Cindy Rani Wirasti, Sp.O.G. mengajak masyarakat untuk menepis keraguan untuk deteksi dini karena tes tersebut tidak menyakitkan.

"Pap smear dan IVA itu tidak sakit," kata Cindy di Jakarta, Rabu.

Umumnya, pemeriksaan ini hanya memakan waktu yang singkat, sekitar 20 hingga 30 detik.

Baca juga: Serba-serbi seputar pap smear, tes untuk deteksi kanker serviks

Berdasarkan pengalamannya menghadapi para pasien, sejumlah pasien perempuan lebih merasa nyaman memeriksa organ intim bila hanya berhadapan dengan tenaga kesehatan, tanpa ditemani teman atau keluarga.

Bila anda merasa sungkan bila memeriksakan kesehatan ketika diantar oleh orang terdekat, anda disarankan untuk berkonsultasi sendirian.

Tes pap smear sebaiknya dilakukan secara rutin untuk mendeteksi gejala kanker serviks. Sebab, infeksi human papillomavirus (HPV) yang menyebabkan kanker serviks kerap baru bergejala ketika kanker sudah mencapai stadium lanjut.

Gejala kanker serviks stadium lanjut diantaranya adalah keluar darah saat berhubungan seksual dan keputihan yang bercampur darah.

Deteksi dini bermanfaat dalam mencegah infeksi HPV berkembang menjadi kanker serviks, dia menegaskan.

Infeksi HPV dapat dicegah dengan mendapatkan vaksin HPV yang kini menjadi bagian dari program pemerintah yang menyasar anak perempuan usia kelas 5 SD dan 6 SD. Meski demikian, vaksin ini juga bisa diberikan kepada orang dewasa, baik itu perempuan maupun laki-laki.

Kanker serviks terjadi ketika sel-sel kanker berkembang di leher rahim (serviks), pintu masuk rahim dari vagina. Hampir semua kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia).

Proses infeksi virus HPV yang mengakibatkan kanker serviks memakan waktu panjang, antara 7 sampai 15 tahun. Namun, yang sering terjadi adalah orang tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi virus dan baru mengetahui setelah terkena kanker.

Baca juga: Seks usia dini tingkatkan risiko kanker serviks

Baca juga: Vaksinasi dan skrining HPV penting untuk cegah risiko kanker serviks

Baca juga: Perempuan yang sudah berhubungan seksual perlu lakukan "pap smear"

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022