Dengan The Fed mengkonfirmasikan puncak suku bunga yang lebih tinggi, prospek ekonomi global yang gelap dapat terus menekan pasar berjangka minyak
Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir pada perdagangan Asia pada Kamis sore, karena kenaikan suku bunga AS mendorong dolar dan meningkatkan kekhawatiran resesi global yang akan menghambat permintaan bahan bakar, meskipun kerugian dibatasi oleh kekhawatiran atas pasokan yang ketat.

Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 85 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 95,30 dolar AS per barel pada pukul 07.50 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 1,01 dolar AS atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 88,99 dolar AS per barel.

Kedua kontrak acuan tersebut ditutup naik lebih dari satu dolar AS pada Rabu (2/11/2022), dibantu oleh penurunan dalam persediaan minyak AS, bahkan ketika The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin dan Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan terlalu dini untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.

Dolar yang kuat menyeret turun harga minyak, dengan beberapa pelaku pasar juga kemungkinan melakukan aksi ambil untung dari kenaikan baru-baru ini, kata Analis CMC Markets Tina Teng.

Dolar yang kuat mengurangi permintaan minyak karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Baca juga: Dolar menguat di Asia, pasar bersiap suku bunga The Fed lebih tinggi

"Dengan The Fed mengkonfirmasikan puncak suku bunga yang lebih tinggi, prospek ekonomi global yang gelap dapat terus menekan pasar berjangka minyak," tambah Teng.

Managing Partner SPI Asset Management, Stephen Innes, mengatakan bahwa itu mengejutkan minyak terbukti sangat tangguh setelah langkah Federal Reserve (Fed), tetapi dia mencatat ada beberapa faktor fundamental yang menempatkan harga di bawah tekanan.

Embargo Uni Eropa terhadap minyak Rusia atas invasi ke Ukraina akan dimulai pada 5 Desember dan akan diikuti dengan penghentian impor produk minyak pada Februari.

Juga kemungkinan akan menjaga pasokan tetap ketat dalam beberapa bulan mendatang, produsen dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mungkin berjuang untuk mencapai kuota produksi yang ditetapkan sebelumnya, kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Produksi OPEC turun pada Oktober untuk pertama kalinya sejak Juni. OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, juga memutuskan untuk memangkas produksi yang ditargetkan sebesar 2 juta barel per hari (bph) mulai November.

Pasar juga memperkirakan permintaan dari China meningkat dengan harapan bahwa Beijing akan mengurangi kebijakan nol-COVID-nya. Pembuat kebijakan China berjanji pada Rabu (2/11/2022) bahwa pertumbuhan masih menjadi prioritas dan mereka akan melanjutkan reformasi.

Setiap indikasi pembukaan kembali di China setelah pembatasan COVID-19 bisa menjadi "poros monster", kata Innes.

Baca juga: Harga minyak turun di awal perdagangan Asia, tertekan penguatan dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022