Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis saraf dr Pukovisa Prawiroharjo, Sp.N, mengatakan ada empat bahan baku otak yang harus dipenuhi agar tidak sering lupa pada usia muda.

"Bahan baku otak itu ada empat, nutrisi yang seimbang seperti mikronutrien harus ada pasokannya sehari-hari, istirahat yang cukup dan berkualitas, tidak bermalas-malasan karena tidak bagus untuk kemampuan otak dan aktivitas produktif yang bernilai," ucapnya dalam webinar HUT RSCM ke 103 tahun yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.

Jika bahan baku otak tidak terpenuhi dengan baik, akan ada indikasi masalah daya fungsi otak, seperti semakin sering lupa, sulit mengingat hal penting, performa aktivitas menurun, lupa akan berbagai hal seperti nama teman dan jalan pulang, dan lupa yang mengakibatkan kerugian yang nyata.

"Kalau seperti itu dan sering, harus dianggap bukan hal yang wajar, pasti ada sesuatu. Biasanya fungsi otaknya ada kelainan, ada zat-zat yang meracuni otak atau penyakit otak itu sendiri, atau pengalaman yang tidak bagus atau semacam adiksi perilaku yang merusak otak," ucapnya.

Baca juga: Epidemiolog: Jaga kebersihan lingkungan antisipasi virus Nipah

Baca juga: Penyakit Kanker dan tumor otak miliki perbedaan secara klinis


Beberapa penyakit tertentu juga bisa mengakibatkan lupa pada usia muda. Salah satunya yang paling sering adalah hipotiroid dan diabetes. Selain itu kebiasaan begadang juga bisa membuat masalah pada otak di usia muda.

Kelainan auto imun dan HIV, menurut Visa, juga membuat kemampuan kognitif atau daya ingat jauh lebih menurun. Selain itu insomnia, defisiensi atau kekurangan beberapa mineral dan vitamin, serta sering terbentur dan epilepsi menjadi beberapa faktor yang sering menjadi masalah lupa pada usia muda.

Ia juga menyebut efek dari infeksi COVID-19 juga turut mempengaruhi ingatan seseorang menjadi lebih menurun dibanding sebelumnya.

"Akhir-akhir ini paling banyak pasca COVID-19 sering orang itu makin kacau, lupa, labil, linglung, lemot dan logikanya mulai aneh. Kalau itu ada artinya ada masalah," ucap Visa.

Visa mengatakan lupa juga bisa menjadi pertanda adanya risiko stroke yang menyerang saraf ingatan. Ia berharap jika mengalami lupa yang sering dan berlangsung cukup lama sebaiknya langsung periksakan ke dokter agar bisa di cek masalahnya dan diobati sesuai diagnosa.

"Stroke nggak mesti mulut mencong, badan lumpuh sebagian, bisa saja gangguannya labil, linglung, lupa, lemot, logikanya ngaco, sangat bisa," ucap Visa.*

Baca juga: Malas bergerak bisa sebabkan penyakit parkinson

Baca juga: Mengenal Huntington penyakit keturunan yang belum terobati

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022