Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan bibit siklon tropis 93S yang terpantau di Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatera menunjukkan adanya peluang peningkatan intensitas.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab dikonfirmasi di Jakarta, Kamis, menyampaikan, berdasarkan prediksi beberapa Model NWP menunjukkan hasil yang beragam, namun semuanya menunjukkan adanya peluang peningkatan intensitas.

Meskipun demikian, lanjut dia, peningkatan intensitas itu belum mampu mencapai intensitas siklon tropis dalam 24 jam ke depan seiring pergerakan bibit 93S ke arah Barat Daya-Barat, menuju wilayah dengan shear vertikal kuat, dan semakin menjauhi wilayah Indonesia.

Baca juga: BRIN: Masyarakat mesti waspada cuaca ekstrem efek Badai Tropis 93S

Ia menambahkan, potensi bibit siklon 93S untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori sedang.

Ia mengemukakan, dampak tidak langsung dalam 24 jam ke depan Bibit 93S terhadap kondisi cuaca di Indonesia adalah hujan sedang hingga lebat disertai angin kencang dan petir terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, dan Jawa Barat.

Kemudian, tinggi gelombang 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di perairan timur Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, Teluk Lampung bagian selatan.

Baca juga: BMKG peringatkan sejumlah wilayah berpotensi turun hujan lebat

Gelombang lebih tinggi hingga 2,5-4 meter berpotensi terjadi di perairan barat Aceh, perairan barat Kepulauan Simeulue hingga Kepulauan Mentawai, perairan barat Pulau Enggano-Bengkulu, perairan barat Lampung, Samudera Hindia barat Sumatera, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten hingga Jawa Barat, Samudera Hindia selatan Banten hingga Jawa Barat.

Sementara itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai dampak Badai Tropis 93S yang dapat memicu cuaca ekstrem di Sumatera dan Jawa.

"Cuaca ekstrem dapat ditunjukkan melalui hujan yang turun dengan intensitas bervariasi dari sedang hingga ekstrem yang juga dapat terjadi secara sporadis maupun persisten," kata peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Dr Erma Yulihastin.

Baca juga: BMKG: Hujan lebat guyur sejumlah daerah di Indonesia

Hujan sporadis terjadi dalam durasi singkat kurang dari satu jam, namun memiliki intensitas yang tinggi. Sementara itu, hujan persisten terjadi apabila durasi hujan lebih dari enam jam dengan intensitas bervariasi dari hujan ringan hingga ekstrem.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022