perangi stunting tidak harus mahal
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) meminta setiap calon pengantin untuk mengkonsumsi daun kelor (moringa oleifera) yang kaya akan kalsium dan bermanfaat besar bagi tubuh.

“Saya meminta kepada seluruh masyarakat untuk menggunakan produk lokal dalam upaya percepatan penurunan stunting, termasuk memanfaatkan daun kelor yang telah terbukti memiliki berbagai macam nutrisi,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Dalam Sosialisasi Percepatan Penurunan Stunting dan Launching Pemanfaatan Kelor untuk Stunting di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Hasto membeberkan daun kelor mengandung kalsium yang sangat tinggi yakni empat kali lipat lebih tinggi daripada susu.

Daun kelor juga tinggi vitamin C bahkan tujuh kali lipat daripada buah jeruk. Tingginya asam folat yang ada dalam daun kelor pun, dapat membantu calon ibu dan ibu hamil agar tidak terjadi anemia atau kekurangan darah saat mengandung yang akan berakibat lahirnya bayi stunting baru.

“Perangi stunting tidak harus mahal, tapi protein hewani juga penting. Kelor memang mengandung asam amino luar biasa, tapi untuk menyempurnakan konsumsi juga telur dan ikan,” ucapnya.

Baca juga: Unhas dan BKKBN perkuat kolaborasi dalam penanganan stunting
Baca juga: BKKBN: Perpres 72/2022 tekankan milenial sebagai penentu generasi emas

Hasto menegaskan Kota Palu di Sulawesi Tengah misalnya, memiliki sumber daya pangan lokal yang berlimpah termasuk telur dan ikan. Diharapkan pola pikir masyarakat tidak lagi konsumtif membeli produk pangan impor untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Maka sekarang harus membela dan membeli produk sendiri. Kita terlalu banyak uang kita dibuang ke luar negeri. Kita berdikari harus beli produk lokal karena target Pak Presiden Joko Widodo stunting harus turun 14 persen dan produk lokal harus digalakkan,” katanya.

Presiden RI Jokowi Widodo, katanya, menaruh perhatian serius terhadap keberlangsungan produk lokal, terutama untuk makanan pendamping bagi ibu hamil dan baduta.

Hasto berharap masyarakat dapat mulai bergantung dan memanfaatkan pangan lokal seperti daun yang kaya akan berbagai kandungan gizi dan bisa diperoleh dengan harga yang murah dan mudah ditanam.

“Saya kalau bela produk lokal senang sekali, kelor sebagai produk lokal ini yang buat saya semangat karena produk lokal dan manfaatnya luar biasa sesuai arahan Pak Presiden Joko Widodo untuk mendorong penggunaan produk lokal,” katanya.

Baca juga: Pangdam Pattimura jadi Duta Bapak Asuh anak stunting di Maluku
Baca juga: Pemkot Padang kerja sama penanganan stunting dengan BKKBN dan Baznas

Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto mengatakan daun kelor merupakan salah kekayaan alam melimpah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan sehat di Indonesia.

Stunting yang menjadi masalah kompleks, dapat diatasi dengan memanfaatkan daun kelor sebagai sumber nutrisi baru diharapkan dapat membantu mencegah anak menjadi stunting.

“Ada 18 asam amino, Vitamin B1, B2, tinggi kalsium pada daun kelor. Oleh karena itu Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pangan dan Pertanian (FAO) mengambil kelor untuk peristiwa mal nutrisi di negara yang memiliki gizi buruk,” ungkap Edy.

Baca juga: MPR: Perlu akselerasi turunkan angka prevalensi "stunting"
Baca juga: Kemenko ajak Pemda optimalkan serapan anggaran guna turunkan stunting

 

 

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022