Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis patologi klinik Nuri Dyah Indrasari mengatakan bahwa penyakit hepatitis akut dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

"Pertama kita harus melakukan pola hidup bersih dan sehat, mulai dari mengajarkan anak-anak kita dan kita semua rutin cuci tangan dengan menggunakan sabun setiap mau makan atau setiap habis bermain," katanya dalam webinar mengenai hepatitis akut yang diikuti via daring dari Jakarta, Jumat.

Dalam webinar yang diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun ke-103 Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), dia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menerapkan protokol kesehatan, termasuk mengurangi mobilitas, memakai masker saat bepergian, menjaga jarak dengan orang lain, dan menghindari kerumunan.

Selain itu, ia mengatakan, sebaiknya makanan diolah sendiri dan dipastikan matang dan bersih serta alat makan tidak dipakai secara bergantian karena hepatitis akut bisa menular melalui saluran pencernaan.

Dokter yang bertugas di RSCM itu juga menyarankan untuk menghindari atau meminimalkan kontak dengan orang yang sedang sakit.

Nuri menjelaskan bahwa hepatitis akut yang menyerang anak usia satu sampai 16 tahun gejala awalnya tidak spesifik, seperti mual, muntah, sakit perut, diare, dan demam ringan.

Gejala lanjutannya, kata dia, bisa berupa urine yang berwarna pekat dan feses yang berwarna putih atau pucat.

Ia mengatakan bahwa gejala yang lebih berat bisa berupa warna kuning pada wajah dan mata anak serta penurunan kesadaran.

"Jangan menunggu sampai ada gejala lanjutan seperti kulit dan matanya kuning supaya tidak terlambat, karena perjalanan hepatitis akut sangat cepat. Jika terjadi penurunan kesadaran segera bawa anak ke rumah sakit yang memiliki fasilitas ICU anak," katanya.

Dia mengemukakan pentingnya kewaspadaan dari keluarga dalam penanganan hepatitis akut pada anak karena hepatitis akut berlangsung selama kurang dari enam bulan.

Hepatitis akut misterius atau accute hepatitis of unknown aetiology dilaporkan muncul pada April 2022 di negara seperti Inggris, Irlandia, Spanyol, Israel, dan Amerika Serikat.

Di Indonesia, Nuri mengatakan, pada Mei 2022 dilaporkan ada setidaknya 18 kasus hepatitis akut di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dan pada September 2022 angkanya dilaporkan naik menjadi 91 kasus.

"Ini menimbulkan kewaspadaan untuk negara kita," katanya.

Nuri mengatakan bahwa Kementerian Kesehatan dengan tim komisi ahli hepatitis dan saluran cerna pada Mei 2022 rapat dengan semua ahli dan kemudian menyusun panduan tata laksana penanganan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya.

"Mulai dari bagaimana mendiagnosisnya di laboratorium, kemudian pengiriman spesimen dari berbagai daerah, hingga tata laksananya," kata Nuri.

Baca juga:
Kemenkes deteksi 91 kasus hepatitis akut misterius
Dokter: Perburukan gejala hepatitis akut berat terjadi lebih cepat

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2022