Tanpa GSP, Indonesia akan mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan negara lain di pasar AS
Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, mengatakan, program "Generalized System of Preferences" (GSP) Amerika Serikat merupakan salah satu kunci penting dalam mengembangkan pasar.

"Tanpa GSP, Indonesia akan mengalami kesulitan untuk berkompetisi dengan negara lain di pasar AS," kata Iman Pambagyo dalam keterangan tertulis Kemendag yang diterima di Jakarta, Rabu.

Karenanya, ujar Iman, Pemerintah Republik Indonesia berharap agar Pemerintah AS dapat mempertimbangkan kembali pemberian GSP untuk beberapa produk Indonesia.

Ia juga mengutarakan harapannya agar AS dapat meningkatkan status Indonesia yang saat ini masih berada pada posisi "Priority Watch List".

GSP merupakan sistem pengecualian formal dari aturan yang lebih umum dari WTO yang mengharuskan setiap negara anggota WTO menerapkan tarif impor perdagangan yang sama dengan seluruh negara anggota lainnya.

Dengan GSP, maka negara anggota WTO dapat menurunkan tarif bagi negara-negara yang kurang berkembang, tanpa harus menurunkan tarif untuk negara-negara kaya.

Sebagaimana diketahui, Pertemuan ke-12 Trade and Investment Council (TIC) antara pejabat tingkat senior Indonesia dan AS telah digelar di Bali, 16-17 Juli 2012.

TIC merupakan forum pertemuan bilateral tahunan pada level pejabat senior yang bertujuan untuk mengeksplorasi upaya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi, termasuk mengatasi hambatan perdagangan kedua negara.

Selain itu, pada kesempatan ini kedua negara juga melakukan identifikasi beberapa area yang dapat dikerjasamakan ke depannya.

Pada pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional, Kementerian Perdagangan, Iman Pambagyo, dan delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Assistant U.S. Trade Representative for Southeast Asia and the Pacific, Barbara Weisel.

"Pemerintah Amerika Serikat sepakat untuk bekerja sama dan tidak hanya melakukan ekspor impor. Ada begitu banyak kesempatan bagi kedua negara yang perlu ditingkatkan," kata Barbara Weisel.

Ia juga memaparkan, AS adalah negara tujuan ekspor Indonesia peringkat nomor tiga dan Indonesia adalah penyedia bahan baku urutan ke-24 bagi AS.

Kedua negara juga masih akan mendiskusikan waktu yang tepat untuk pelaksanaan pertemuan para Menteri di Amerika Serikat.

(M040)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2012