Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Metalurgi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Sulistiyono mengatakan teknologi rumah prisma dapat meningkatkan kadar litium dari air laut pada limbah tambak garam.

"Karena penguapan bertahap punya rumah prisma secara bertahap atau bertingkat maka dia bisa menghasilkan litium sampai 35 ppm," kata Eko dalam lokakarya tentang litium Indonesia yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Jumat.

Kadar litium 35 ppm tersebut diperoleh dari hasil analisa limbah tambak garam pada salah satu model rumah prisma di Lamongan, Jawa Timur.
Rumah prisma merupakan petakan tambak garam yang diberi atap berbentuk prisma yang terbuat dari bahan plastik.

Eko menuturkan air laut dapat menjadi sumber bahan baku litium untuk pembuatan baterai bagi kendaraan listrik dalam negeri. Potensi sumber daya litium dari air laut tidak terbatas jumlahnya.

Berdasarkan perhitungan dari US Geological Survey (USGS) Mineral Commodity Summaries pada 2015, potensi litium di air laut dunia diperkirakan 230 miliar ton, jauh lebih besar dari litium yang berasal di daratan.

Potensi sumber daya alam litium dari air laut hingga saat ini belum dapat dimanfaatkan karena kadar litium air laut sangat rendah yaitu sekitar 0,10-0,18 ppm.

"Para peneliti berlomba-lomba bagaimana litium dari air laut itu bisa dimanfaatkan," ujar Eko.

Oleh karena itu, Eko mengatakan salah satu peluang pemanfaatan sumber daya litium dari air laut adalah dengan mengambil limbah tambak garam modern seperti geomembrane dan rumah prisma.

Dari teknologi rumah prisma, dapat diperoleh peningkatan kadar litium pada limbah (air bittern) sampai 35 ppm atau 300 kali dari air laut.

"Bittern adalah semacam cairan yang berwarna coklat keemasan dan kental. Bittern adalah konsentrat berbagai macam mineral, termasuk litium di dalamnya," ujarnya.

Selain dari air laut, litium juga dapat diperoleh dari sumber mata air asin di daratan (brine water).

Brine water adalah sumber air asin yang keluar dari mata air asin yang berada di daratan seperti di Dieng, Bledug Kuwu dan Sumur Gempol di Jawa Tengah dan Gunung Pancar dan Ciseeng di Jawa Barat dengan kadar litium yang berbeda-beda.

Hasil analisa di Pusat Riset Metalurgi BRIN menunjukkan brine water Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Dieng mengandung unsur litium 60-75 ppm. Tapi, sampai sekarang litiumnya belum dimanfaatkan.

"Kami mengadakan riset di berbagai sumber brine water ternyata di Pulau Jawa itu sangat banyak sekali brine water," ujarnya

Kadar litium pada brine water di Bledug Kuwu yakni 100-665 ppm, dan Bledug Cangkring di Jawa Tengah adalah 20-300, sedangkan di lumpur Lapindo sebanyak 1,99-9,11 ppm.

Baca juga: BRIN: Eksplorasi bahan baku litium dukung produksi baterai listrik
Baca juga: BRIN: Perlu kajian lingkungan terdampak paparan radiasi pada warga

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022