Samarinda, (ANTARA News) - Kelestarian Rusa Sambar (Cervus uicolor Kerr) di Kalimantan Timur kini kian terancam karena habitatnya yang bertambah rusak serta akibat terus diburu untuk diambil dagingnya akibat tingginya minat warga untuk menkonsumsi daging satwa terancam punah itu. Purnama Hadi, salah satu staf peneliti dari KSDA Kaltim, di Samarinda, Sabtu (22/4) menjelaskan bahwa mereka belum memiliki data yang akurat mengenai populasi satwa yang berat dewasa bisa mencapai dua kuintal itu. Namun, katanya, berdasarkan data Dinas Peternakan Kaltim diduga setiap tahun sekitar 5.000 ekor Rusa sambar dibantai oleh para pemburu liar hal itu berdasarkan perkiraan dari data pasar, mengingat meskipun sudah dilarang namun masih banyak daging satwa ini diperjualbelikan. Warga bisa dengan mudah mendapatkan daging Rusa Sambar atau di Kaltim dikenal dengan nama "Payau" itu karena dijual bebas di pasar tradional. "Bukan rahasia lagi, warung di pinggir jalan seperti warung Djinggo, rumah makan dan restoran banyak menjual menu dari daging Payau meskipun secara sembunyi-sembunyi," katanya. Ia menjelaskan bahwa sesuai UU maka meskipun beberapa spesies satwa dinyatakan dilindungi namun ada sejumlah jenis yang bisa diburu, misalnya Rusa Sambar di Irian Jaya (Papua) masih ada kompensasi/kouta untuk diburu karena populasinya masih banyak. "Namun, khusus di Kaltim tidak ada kouta untuk berburu Rusa Sambar atau payau sehingga artinya kelestarian satwa ini memang sangat terancam," kata Hardi. Ia menuturkan bahwa beberapa kali pihaknya pernah melakukan razia terhadap pihak yang menjual daging payau, namun tanpa menghentikan kegiatan perburuan ilegal maka upaya untuk menyelamatkan satwa itu mengalami hambatan serius. Apalagi, katanya, wilayah Kaltim sangat luas dengan kondisi geografis yang berat karena lemahnya infrastruktur perhubungan sehingga diharapkan kegiatan untuk menghentikan perburuan liar satwa langka itu harus melibatkan semua pihak. "Misalnya, merazia warga di pedalaman yang masih menggunakan senjata api buatan, ini juga butuh dukungan aparat keamanan," katanya. Satwa ini kian terancam akibat memburuknya kondisi habitat mereka akibat pembukaan lahan serta kegiatan industri perkayuan/perhutanan. Kerusakan hutan Kaltim yang diperkirakan mencapai 500.000 Ha per tahun diperkirakan jadi salah satu faktor utama yang menyebabkan satwa ini kian terancam kelestariannya. Daging payau itu sangat digemari karena selain rasanya yang gurih dan empuk juga berdasarkan penelitian kesehatan ternyata sangat rendah kolesterol. "Salah satu upaya untuk melestarikan satwa ini selain menjaga habitatnya, yakni melalui penangkaran karena mengembangbiakan satwa ini sebenarnya cukup mudah karena perlakukannya hampir sama dengan memelihara sapi," kata Hardi.(*)

Copyright © ANTARA 2006