Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan peningkatan angka kasus COVID-19 karena pengaruh Subvarian Omicron terbaru di Indonesia masih dalam situasi terkendali berdasarkan indikator Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

"Masih terlihat tren kasus berdasarkan hasil monitoring mingguan masih naik terus. Tiga pekan terakhir ini naik dari semula 18 persen, 40 persen, naik lagi 56 persen dan belum sampai ke puncak," katanya dalam Rapat Kerja Kemenkes bersama Komisi IX DPR RI yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan situasi kasus di dalam negeri dipastikan masih terkendali berdasarkan indikator PPKM global yang merujuk pada panduan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), di mana ambang batas kasus konfirmasi COVID-19 mencapai 20 kasus per 100.000 penduduk per pekan.

"Untuk yang masuk rumah sakit, lima pasien per 100.000 penduduk per pekan, dan kasus kematian satu per 100.000 penduduk per pekan," katanya.

Jika panduan tersebut dikonversi pada situasi di Indonesia, kata Budi, kasus konfirmasi masih 11, hospitalisasi 1,95, dan kematiannya masih 0,08.

Baca juga: Menkes sebut puncak kenaikan kasus COVID-19 paling lambat Januari 2023

Ia menjelaskan dengan data ketiga indikator transmisi WHO ini, Indonesia masih ada di level 1 PPKM yang artinya masih terkendali.

Jika mayoritas angka kasus secara nasional masih berada di level 1 PPKM, kata dia, tapi situasi secara provinsi mulai terdapat daerah yang masuk level 3 dan 2 PPKM.

Provinsi yang dimaksud di antaranya DKI Jakarta dengan kasus konfirmasi mingguan mencapai 106,63, perawatan 6,59, dan kematian 0,18. Provinsi kedua adalah Kalimantan Timur dengan konfirmasi 29,15, perawatan 4,48, dan kematian 0,29.

"Khusus untuk Jakarta untuk kasus konfirmasi sudah masuk level 3 PPKM," katanya.

Budi menambahkan tren peningkatan kasus di Indonesia dipengaruhi subvarian terbaru Omicron penyebab kenaikan gelombang COVID-19 di dunia saat ini.

Subvarian yang dimaksud adalah BA.2.75 yang terbanyak terjadi di India, XBB paling banyak di Singapura, dan BQ.1 yang dominan di Eropa dan Amerika Serikat.

Hasil penelitian terhadap genom sekuensing di Indonesia per 29 Oktober 2022, ditemukan BA.2.75 mencapai 62 kasus (21 Juni 2022), XBB 37 kasus (25 September 2022), dan BQ.1 sebanyak 50 kasus (30 September 2022).

"Subvarian XBB cepat sekali dominasinya di Indonesia dalam tiga pekan terakhir ini," katanya.

Baca juga: Menkes: Permintaan vaksinasi COVID-19 dosis penguat meningkat
Baca juga: Juru bicara: Galakkan lagi tes COVID-19 cegah sub varian XBB meluas

 

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022