Tanah kita dengan curah hujan yang begitu tinggi, itu sangat produktif menghasilkan biomassa. Tanam durian, tendang, tumbuh, (tanam) apa saja tumbuh menghasilkan biomassa
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakulta Kehutanan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Prof Sudarsono Soedomo mengemukakan bahwa Indonesia memiliki tanah yang subur dan produktif untuk menghasilkan biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk substitusi energi pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara.

"Tanah kita dengan curah hujan yang begitu tinggi, itu sangat produktif menghasilkan biomassa. Tanam durian, tendang, tumbuh, (tanam) apa saja tumbuh menghasilkan biomassa," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Co-firing Biomassa: Membalak Hutan Untuk Listrik Bersih" di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan Indonesia membutuhkan sekitar 770 ribu hektare hutan tanaman energi dengan jenis pohon akasia mangium untuk menggantikan 10 persen batu bara yang dibutuhkan PLTU hingga tahun 2025.

Menurutnya kebutuhan PLN yang menginginkan 10,2 juta biomassa adalah peluang untuk mendongkrak ekonomi dari sektor kehutanan karena selama ini kontribusi yang hutan berikan kepada ekonomi terbilang rendah hanya 1 persen.

"Data permintaan PLN sebetulnya opportunity bagaimana kita menangkap opportunity ini, bukan kemudian ke arah deforestasi," kata Sudarsono.

Lebih lanjut ia menyarankan supaya Indonesia mampu memfungsikan hutan sebagai produsen biomassa, bukan sebagai gudang penyimpanan biomassa karena tanah iklim Indonesia paling produktif dalam menghasilkan biomassa.

Lalu, menjadikan tempat-tempat yang tidak bisa menghasilkan biomassa sebagai sebagai gudang penyimpanan biomassa, seperti gurun, kutub, dan rumah-rumah dalam bentuk perabotan serta konstruksi dari kayu yang diawetkan.

"Kita tanam hutannya, kita ambil kayunya, kita awetkan, simpan di gudang di gurunnya Australia, di kutub selatan kalau perlu supaya awet kayunya," katanya.

"Hutan kita tumbuh lagi, mereka beli lagi, terus seperti itu. Kalau (hutan) kita tumbuh, simpan di sini ya cuma segitu," tambah Sudarsono.

Baca juga: Indonesia-Finlandia lanjutkan kerja sama biomassa

Baca juga: Bangun energi hijau, Indocement siap kerja sama dengan PLN



PT PLN (Persero) telah menerapkan penggunaan biomassa melalui teknologi co-firing untuk menggantikan batu bara sebagai bahan bakar pada 33 pembangkit listrik tenaga uap atau PLTU yang tersebar di berbagai daerah.

Program itu merupakan bagian dari transformasi hijau yang dilakukan oleh perseroan untuk menekan emisi karbon dioksida dari pembangkit listrik.

Teknologi co-firing juga sebagai langkah jangka pendek yang dilakukan PLN dalam mengurangi emisi karbon, sebab program co-firing tidak memerlukan investasi untuk pembangunan pembangkit baru dan hanya mengoptimalkan biaya operasional untuk pembelian biomassa.

PLN menargetkan penerapan co-firing di 52 lokasi PLTU hingga 2025 dengan total kebutuhan biomassa 10,2 juta ton per tahun. Sementara hingga akhir tahun 2022, ada 35 lokasi PLTU yang akan mengimplementasikan co-firing dengan estimasi konsumsi biomassa mencapai 450 ribu ton per tahun.

Baca juga: IPB kenalkan biopelet sebagai alternatif pemanfaatan biomassa

Baca juga: Perusahaan Indonesia dan Jepang sepakati kerja sama bidang biomassa

Baca juga: Nestle resmikan "boiler" biomassa tekan emisi kegiatan produksi

Baca juga: Barata Indonesia - Treehouz Asia komitmen bangun pabrik biomassa


 

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022