Jakarta (ANTARA) -
Perumda PAM Jaya berencana melibatkan anggota Karang Taruna sebagai pekerja kontrak dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) untuk mendistribusikan air bersih bagi warga di kawasan belum terjangkau perpipaan yang dimiliki BUMD DKI Jakarta tersebut.

Menurut Direktur Utama Perumda PAM Jaya Arief Nasrudin, anggota Karang Taruna ini nantinya mendistribusikan air bersih dari kios-kios air untuk diantar ke rumah warga.
 
"Kita mau menggunakan titik-titik kelurahan atau titik-titik masyarakat yang bisa kita sewa langsung dan kita akan bersinergi dengan Karang Taruna," ujar Arief di Jakarta, Selasa.
 
Dalam pendistribusian air bersih, PAM Jaya akan melakukan pengadaan gerobak sepeda motor untuk mengantar air yang dibeli warga. Hal ini lebih efektif ketimbang mendistribusikan air lewat gerobak yang digerakkan menggunakan tenaga manusia.

Rencana ini akan kembali dibahas oleh para wali kota terkait perekrutan anggota Karang Taruna hingga penempatan layanan kios airnya.
 
"Modelnya akan sedikit berbeda. Kita 'treatment'-nya tidak pakai bisnis, tapi pendekatan dari merekrut atau memperkerjakan teman-teman Karang Taruna yang memang mempunyai waktu untuk bergerak membantu masyarakat dan kita 'treatment'-nya seperti kita treatment PKWT," katanya.

Baca juga: Pemkot Jakut harapkan perluasan akses perpipaan
Baca juga: PAM Jaya sediakan tujuh kios air untuk warga Muara Angke
 
Arief menjelaskan, perekrutan dengan model PKWT untuk melayani pendistribusian air bersih ini dilakukan untuk menghindari lonjakan tarif air bersih yang diantar menggunakan gerobak dengan tenaga manusia.
 
PAM Jaya telah menetapkan tarif yang dibayar warga untuk membeli air bersih dari kios air, yakni Rp400 per 20 liter kepada warga yang mengambil air di lokasi kios air atau Rp1.200 per 20 liter untuk warga yang membeli air lalu diantar ke rumah.
 
PAM Jaya juga berencana merekrut warga yang selama ini bekerja sebagai pelaku distribusi air menggunakan gerobak untuk menghindari konflik sosial atas perekrutan anggota Karang Taruna ini.
 
"Metode berikutnya kami coba rapikan. Bisa jadi, tenaga pun diambil dari yang eksisting. Kami coba supaya tidak ada gesekan di masyarakat," katanya.

Tetapi yang terpenting adalah distribusi airnya harus merata dan harganya tetap. "Sehingga tidak ada isu tentang harga air tiba-tiba jadi Rp5 ribu. Itu yang penting," ujarnya.
 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2022