Yogyakarta (ANTARA) - Aktris sekaligus sineas muda Prilly Latuconsina menjelaskan mengenai pola relasi media dengan selebritas (pesohir) saat memberikan kuliah kepada mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM, Sleman, Kamis.

Dalam kesempatan itu, Prilly menjadi dosen praktisi melalui program Praktisi Mengajar bagian dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Kemendikbudrsitek.

"Media jadi wadah dan tempat bagi selebritas untuk tumbuh, merintis karier meraih popularitas. Sementara media membutuhkan selebritas dengan popularitas tinggi untuk meningkatkan engagement dengan audiensnya," kata Prilly.

Era media baru, kata Prilly, memberikan peluang bagi siapa saja untuk menjadi selebritas.

Baca juga: Prilly Latuconsina ajari mahasiswa UGM bangun citra positif di medsos

Baca juga: Junior Roberts sadari makna waktu di film "12 Cerita Glen Anggara"


Menurutnya, infotainment mempunyai nilai berita dan paparan tinggi yang dinilai mampu memuat fakta dan edukasi untuk audiens secara luas karena tayang di TV nasional.

Di hadapan mahasiswa UGM, ia kemudian memaparkan tentang pentingnya mengelola krisis selebritas karena seseorang dengan status selebritas sangat rawan dengan krisis.

Oleh sebab itu, kata dia, selebritas harus mampu memitigasi risiko yang disebabkan oleh krisis.

"Kalau saat krisis yang harus jaga emosi dan kontrol diri. Ini butuh tim publikasi yang menenangkan dimana saat krisis tim ini yang kerja, tapi kalau di Indonesia dilakukan sendiri, beda dengan di luar negeri ada tim yang bergerak," ujar alumnus London School of Public Relation (LSPR) ini.

Saat alami krisis, menurut dia, mengumpulkan fakta-fakta baik terkait selebritas yang tengah mengalami krisis sangat penting sembari tetap berhubungan baik dengan media.

Hal tersebut bertujuan agar selebritas dapat dengan mudah memunculkan berita baik dengan konten maupun menggelar konferensi pers.

Meski begitu, menurut pengusaha muda ini, tak kalah penting menjadi apa adanya agar audiens mempunyai relativitas dan dapat bersimpati dengan kondisi sebenarnya.

Prilly menjelaskan ada beberapa interaksi yang bisa dilakukan dengan media di saat terjadi krisis, di antaranya dengan wawancara secara spontan, konferensi pers untuk hal yang harus diklarifikasi, konferensi pers secara reguler dan interaktif, dan selalu siap 24 jam memberikan berita baik sampai situasi kembali normal.

Selain itu, menurutnya, seorang selebritas juga perlu memilih juru bicara yang ahli saat harus memberikan penyataan atau klarifikasi.

Ia mencontohkan beberapa selebriti yang dinilai memiliki hubungan baik dengan media dengan reputasi baik dan profesional, di antaranya Nagita Slavina, Maudy Ayunda, dan Cinta Laura.

"Kerja di industri hiburan harus bergandengan tangan dengan media. Kalau selebritas punya hubungan baik dengan media maka akan sungkan untuk memberitakan hal-hal buruk," tutur pemeran sinetron "Ganteng Ganteng Serigala" ini.*

Baca juga: Pakar UGM: Migrasi TV analog ke digital wujudkan siaran beragam

Baca juga: Pokja Genetik UGM perkirakan varian XBB sudah masuk DIY

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022