Beijing (ANTARA) - China membuka kesempatan kepada Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor produk pertaniannya mengingat tingginya kebutuhan pangan rakyat negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.

Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen di Beijing, Jumat, mengatakan nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China meningkat setiap tahun sebesar delapan persen dalam satu dasawarsa terakhir.

Namun, ujarnya, sampai sekarang pangsa Indonesia tercatat hanya empat persen dari total impor produk pertanian China.

"Hal itu dapat diartikan bahwa potensi pasar impor produk pertanian China dari Indonesia masih sangat besar dan prospeknya pun masih sangat cerah," katanya dalam Promosi Perdagangan Produk Pertanian China-Indonesia.

Pada tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan bahwa China akan mengimpor produk pertanian dari negara-negara anggota ASEAN sebesar 150 juta dolar AS (sekitar Rp2,34 triliun) selama lima tahun ke depan.

"Hal ini tentu akan memberikan peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk memperluas ekspor produk pertanian ke China," kata Wang.

Dalam acara tersebut, sebanyak delapan asosiasi bisnis dari Indonesia melakukan penandatanganan kontrak perdagangan produk pertanian.

Kontrak tersebut salah satunya meliputi pembelian 2,5 juta ton minyak kelapa sawit dan produk turunannya senilai 2,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp40,3 triliun dari Indonesia oleh China.

Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan dalam sambutan secara virtual menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya atas tercapainya kesepakatan kontrak perdagangan tersebut.

"Saya yakin antusiasme para asosiasi dan pelaku usaha Indonesia dalam membangun kerja sama yang erat dengan Tiongkok dapat menciptakan kolaborasi jangka panjang yang saling menguntungkan kedua belah pihak di tengah tantangan global," kata Menteri.

Ia menyebutkan nilai ekspor kelapa sawit dan produk turunannya dari Indonesia ke China pada 2021 mencapai 6,6 juta ton atau naik 14,17 persen dibandingkan pencapaian pada 2020.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun mengatakan penandatanganan kontrak pembelian minyak kelapa sawit tersebut merupakan tindak lanjut dari kesepakatan yang dicapai antara Presiden Indonesia Joko Widodo dan Presiden China Xi Jinping. 

Kesepakatan itu dibuat ketika Presiden Jokowi berkunjung ke Beijing pada akhir Juli tahun ini.

"Kedua negara telah menjalin hubungan bilateral sejak 72 tahun yang lalu. Tiongkok telah menjadi salah satu mitra utama Indonesia dalam bidang perdagangan dan investasi," kata Djauhari, yang memberikan sambutan secara virtual dari Bali.

Dubes China untuk Indonesia Lu Kang menambahkan bahwa kelapa sawit, produk perikanan, sarang burung walet, dan produk pertanian sangat erat kaitannya dengan mata pencaharian masyarakat Indonesia.

"Sementara China adalah konsumen dan importir utama produk-produk pertanian," kata mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri China itu.

Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor produk-produk tersebut ke China.

Delapan asosiasi bisnis Indonesia melakukan penandatanganan kontrak dari Jakarta, sedangkan mitranya di China dari Beijing.

Penandatanganan tersebut berlangsung di salah satu hotel berbintang di Beijing dan turut disaksikan pejabat bidang terkait kedua negara.

Pejabat China yang hadir pada acara itu antara lain adalah Wakil Ketua Kamar Dagang China Bidang Ekspor Impor Bahan Pangan, Produk Nabati, dan Produk Hewani (CFNA) Rong Weidong.

Indonesia pada acara tersebut diwakili oleh Atase Perdagangan pada Kedutaan Besar RI di Beijing Marina Novira Anggraini.


Baca juga: Platform e-dagang China wadahi produk ekspor Indonesia

Baca juga: Asosiasi Teh Indonesia tanda tangani kerja sama dengan asosiasi China


 

Jokowi bertemu Xi Jinping bahas peningkatan kerja sama ekonomi

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022