Kuala Lumpur (ANTARA) - Kamis (3/11) pagi, suasana di Aula Kantor Perwakilan Republik Indonesia di Johor Bahru begitu ramai oleh anak-anak berseragam pramuka. Ada sekitar 120 anak, mereka adalah murid-murid kelas 1B, 3B, 4A, 4B, 6A dan 6B dari Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB).

Tampak Dedek Amalia, guru konseling sekolah tersebut berjuang mengarahkan agar barisan mereka menjadi lebih teratur saat menonton bareng film pendek, yang berisi motivasi.

Saat itu seharusnya mereka memang ada di ruangan kelas masing-masing, belajar mengaji, mengikuti ekstrakurikuler Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).

Namun, karena beberapa rekan dan guru mereka harus bersiap untuk pentas di Resepsi Diplomatik HUT Kemerdekaan RI ke-77 yang diadakan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, maka beberapa kelas digabungkan di aula.

Belum semua murid SIJB bergabung. Karena, menurut Konsul Jenderal RI Johor Bahru Sigit S Widiyanto, total ada 297 anak yang mendapat bimbingan belajar di sana.

Mereka mayoritas merupakan anak-anak dari pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Johor. Semua dari mereka anak-anak yang lahir di Malaysia dan tidak berdokumen, ujar Sigit.
Murid-murid melakukan kegiatan ekstrakurikuler menari di salah satu ruang kesenian yang ada di Sekolah Indonesia Johor Bahru, Malaysia, Kamis (3/11/2022). Sebanyak 297 anak Pekerja Migran Indonesia kini belajar di Sekolah Indonesia Johor Bahru.



Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya (Pensosbud) KJRI Johor Bahru Mohamad Rizali Noor mengatakan, memang memprioritaskan menerima anak-anak Warga Negara Indonesia (WNI) yang lahir di Malaysia untuk dapat belajar di SIJB.

Hal itu dilakukan Perwakilan RI di Malaysia untuk memberikan hak dasar pada anak-anak WNI yang lahir di sana, namun tidak memiliki akses pendidikan ke sekolah-sekolah yang ada di tempat tersebut, karena persoalan dokumen atau legalitas.


Hari Ekstrakurikuler

Memang sedikit berbeda dengan negeri lainnya di Malaysia, Johor Bahru memiliki kebijakan sendiri soal hari bekerja dalam sepekan.  SIJB mengikuti aturan itu dengan memulai pembelajaran pada hari Minggu dan berakhir pada hari Kamis. Sekolah libur hari Jumat dan Sabtu.

Hari Kamis menjadi hari terakhir dalam sepekan mereka belajar di SIJB. Itu menjadi hari yang ditunggu-tunggu oleh banyak murid di sana, karena ada Panggung Gesit yang merupakan program gerakan interaktif terpadu.

Hari itu mereka mendapat kesempatan menampilkan kreasi mereka secara individu maupun kelompok, mempresentasikan apa yang telah mereka kerjakan dalam berbagai bentuk kreativitas.

Neli Syaripah, guru bahasa Indonesia yang juga bertugas menyusun kurikulum di SIJB mengatakan, selain pramuka dan TPA yang memang menjadi ekstrakurikuler wajib, ada klub ekstrakurikuler yang murid-murid SIJB bisa pilih, yakni klub sains, bahasa Inggris dan memasak.

Untuk ekstrakurikuler olahraga, ada badminton, futsal, pencak silat yang menjadi pilihan. Lalu ekstrakurikuler seni, mereka bisa memilih menggambar, tari, paduan suara.
 
Murid-murid bermain egrang di halaman Sekolah Indonesia Johor Bahru, Malaysia, Kamis (3/11/2022). Sebanyak 297 anak Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di Johor Bahru kini belajar di Sekolah Indonesia Johor Bahru.



Ekstrakurikuler menarik lainnya yang dapat dipilih di SIJB yakni Lensa Caraka yang terdiri dari fotografi, videografi dan menulis.

“Minat dan bakat ‘dieksplorasi’. Pramuka dan TPA ekskul wajib, selebihnya sesuai minat dan bakat mereka,” ujar Neli.

Ekstrakurikuler yang biasanya murid-murid SIJB pilih rata-rata mereka mengambil olahraga, seni dan satu ekskul lainnya.


Murid-murid SIJB

Masuk ke ruang seni yang letaknya tidak jauh dari aula, terlihat murid-murid perempuan dari berbagai kelas sedang asyik belajar menari. Mereka sedang berlatih Tari Indang dari Sumatera Barat.

Ada puluhan murid perempuan yang tampak serius berlatih di sana, dibimbing oleh guru kesenian.

Sementara murid laki-laki tampak bergegas mengganti seragam pramuka yang mereka kenakan dengan pakaian olahraga.

Haikal salah satunya, seorang murid kelas 4 SIJB yang telah berganti baju olahraga dan tampak bersemangat menuju ruang olahraga di lantai tiga, bersiap bermain badminton dan futsal.

Ia mengaku senang bisa bersekolah di SIJB, karena banyak bertemu teman-teman baru, meski dirinya harus meninggalkan ladang sawit tempat orang tuanya bekerja dan indekos agar lebih dekat ke sekolah.
 
Murid-murid mengikuti kegiatan Panggung Gesit yang diadakan di salah satu aula di Sekolah Indonesia Johor Bahru, Malaysia, Kamis (3/11/2022). Sebanyak 297 anak Pekerja Migran Indonesia yang bekerja di Johor Bahru saat ini belajar di Sekolah Indonesia Johor Bahru.



Kepada ANTARA, Haikal mengatakan ingin melanjutkan sekolah lebih tinggi. Dirinya juga berharap bisa bersekolah di Indonesia, bahkan hingga ke perguruan tinggi, jika ada kesempatan.

Sama halnya dengan Muhammad Denish, anak kelas 4 lainnya di SIJB, yang mengaku senang bisa bersekolah di sana. Meski setiap pagi harus berangkat subuh untuk bisa datang tepat waktu ke sekolah.

“Senang (berangkat subuh ke sekolah) karena bisa shalat subuh dulu. Lalu banyak teman di sini,” kata Denish saat ditanya perasaannya bisa bersekolah di SIJB.

Denish juga mengaku ingin bisa ke Indonesia, menemui kakek dan neneknya di sana. Sama dengan kebanyakan anak-anak lain yang belajar di SIJB yang merupakan salah satu Indonesia Community Center (ICC) tersebut, ia juga belum pernah menginjakkan kaki di Tanah Air sejak lahir.

Sambil mengejar mimpi-mimpi mereka itu terkabul, untuk sementara Haikal dan Denis, serta murid-murid lainnya harus puas dengan bersekolah di tempat yang khusus mempertemukan mereka dengan teman-teman lain,  sesama berkewarganegaraan Indonesia di negeri jiran.
 

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022