Ambon (ANTARA) - Dokter spesialis Gizi Klinis dr. Mellyana Kusuma Atmanegara mengatakan menjaga gizi dan aktivitas tubuh yang seimbang bisa mencegah terkena diabetes melitus (DM).

“Cara mencegahnya, salah satunya dengan gizi seimbang, dengan tidak melakukan surplus untuk kalori yang berlebihan dalam tubuh sehingga tidak membebani mesin dalam tubuh, serta meningkatkan aktivitas tubuh,” kata Mellyana, usai acara bincang-bincang (talk show) memperingati hari diabetes sedunia, di Ambon, Sabtu.

Selain itu, Mellyana mengatakan mental manusia juga sangat penting untuk dikontrol dengan membangun pola hidup yang sehat dan positif.

“Jadi memang perilaku keseharian daripada manusia ini sudah harus dikontrol dari usia muda,” katanya.

Baca juga: Dokter: Atasi gastroparesis diabetik ringan dengan modifikasi diet

Baca juga: Dokter: Diabetes tak terkontrol bisa sebabkan gangguan gastroparesis


Menurutnya, ada berbagai hal yang merupakan faktor-faktor penyebab diabetes yakni, cara memperlakukan pola makanan yang tidak sehat, dan sering stres.

“Lebih banyak karena faktor lingkungan jadi memang dalam hal ini, makanan, dan stresnya harus dikontrol,” kata Mellyana.

Diabetes itu terjadi karena adanya peningkatan kadar gula darah karena penurunan atau ketidakmampuan dari pada organ untuk memproduksi insulin mencerna glukosa yang digunakan sebagai sumber energi.

“Jadi memang penting untuk peduli dan lebih baiknya lagi pembenahan kepada orang diabetes itu agar tetap gula darahnya terkontrol sehingga bisa hidup sama dengan orang sehat lainnya,” ujarnya.

Pembenahan kepada penderita diabetes yakni, dimulai dengan penggunaan obat berdasarkan aturan atau resep dokter, agar nutrisinya kembali normal.

“Jadi memang ada lima pilar penting ya untuk mengendali orang dengan diabetes yakni diet, pengobatan farmakologi, latihan fisik, edukasi, dan monitor kadar gula darah, sehingga meskipun lanjut usia namun bisa tetap berdaya, dan tetap produktif, agar kualitas hidupnya pun lebih baik,” ungkapnya.

Diabetes terbagi menjadi 2 jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2, meskipun memiliki gejala yang sama, tetapi ada perbedaan di antara keduanya, baik itu penyebab, maupun pengobatannya.

“Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak dapat memproduksi hormon insulin. Sedangkan pada diabetes tipe 2, sel-sel tubuh menjadi kurang sensitif terhadap hormon insulin, meskipun produksi dan kadar hormon insulin normal,” katanya.

“Jadi kalau DM pada tingkat 2 itu biasanya bagaimana cara memproses gula. Kalau DM tipe 1 itu lebih kepada penurunan atau ketidakmampuan daripada hormon pankreas,” kata Mellyana menambahkan.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Provinsi Maluku menyebutkan, berdasarkan data dari deteksi dini penyakit tidak menular (PTM), di Maluku terdapat 445 kasus diabetes melitus selama tahun 2022.

Secara rinci, yakni di Ambon 94, Maluku Tengah 55, Kota Tual 158, Maluku Tenggara 77, Seram Bagian Barat 32, Kepulauan Aru 21, Buru Selatan empat, Maluku Barat Daya 0, Buru empat, Seram Bagian Timur 0, Kabupaten Kepulauan Tanimbar 0.

“Ini berdasarkan data deteksi dini dari program PTM,” kata Kepala Seksi Program PTM, Emma Khumairah Hentihu.*

Baca juga: Orang dengan keturunan diabetes perlu jaga gaya hidup sehat

Baca juga: Waspada, diabetes tak selalu bergejala


Pewarta: Winda Herman
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022