Jakarta (ANTARA) - Organisasi nirlaba, United in Diversity (UID), menggelar pameran Bio-Energetic Architecture yang berlangsung di Kura Kura Bali, Pulau Serangan, Denpasar, 14-20 November 2022 atau selama penyelenggaraan pertemuan puncak G20.

Bio-Arsitektur merupakan sebuah seni dan ilmu merancang ruang yang terilhami dari prinsip energik alami. Pameran itu menampilkan bahan-bahan alami yang terbuat dari limbah pertanian dan produk sampingan, yang dapat membantu memperbaiki energi rumah atau tempat kerja sehingga menciptakan ruangan yang lebih sehat.

"Secara ilmiah telah dibuktikan, berdasarkan prinsip arsitektur bio-energik kita akan mendapatkan keseimbangan dalam hidup saat dikelilingi oleh bahan-bahan energik alami," ujar Vice President UID Suyoto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Suyoto mengatakan pameran Bio-Energetic Architecture ini mengembangkan sebuah bangunan bio-living hibrida dengan struktur atap, dinding, dan lantai yang terbuat dari basalt, bubur kertas daur ulang, dan diperkuat oleh bio-epoksi alami.

Baca juga: Jakkon bawa isu bangunan ramah lingkungan pada ajang B20

Bahan-bahan tersebut membentuk sebuah struktur hibrida yang kuat, dengan 2,5 kali lebih kuat dari baja paduan dan 1,5 kali kekuatan serat kaca. Basalt empat kali lebih ringan dari baja, namun 2,5 kali lebih kuat serta tahan api, anti jamur, tahan air, anti peluru jika diperlukan, tahan gempa dan badai, dan memberikan perlindungan elektromagnetik (G5).

"Sebuah bangunan contoh dengan bahan-bahan tersebut ditampilkan pada pameran tersebut," kata dia.

Basalt merupakan batu vulkanik yang lebih banyak melapisi permukaan bumi ketimbang jenis bebatuan lainnya dan serupa dengan basalt yang ditemukan di Venus dan Mars. Basalt adalah jenis batuan beku vulkanik gelap yang terbentuk dari pendinginan cepat lava.

"Basalt membantu menjejakkan Anda ke bumi dan menjadi media penyembuhan yang sangat baik saat menghadapi perubahan hidup yang menentukan. Memberikan kepercayaan diri, stabilitas, dan energi transformasi," katanya.

Baca juga: Kementerian PUPR prioritaskan material ramah lingkungan di proyek IKN

Menurutnya, penggunaan bahan bangunan struktural energik seperti basalt sebagai pengganti baja, beton geopolimer/beton kenaf, atau bata Reclea yang terbuat dari abu terbang (fly ash, residu sisa pembakaran) akan meningkatkan kehidupan. Bahkan mampu mengurangi stres yang disebabkan oleh bahan bangunan tradisional yang beracun.

Pameran ini juga menampilkan beberapa contoh bahan-bahan limbah pertanian yang digunakan untuk industri bangunan, serta panel surya terbuat dari limbah papaya dan furnitur dari jagung.

Dua pelopor yang mendukung pameran ini adalah Mayank Barjatya, pelopor biologi bangunan dan energetika manusia, juga pendiri Bio Arsitektur & Biologi Bangunan dan Direktur Vastuworld. Mayank juga terlibat di Fakultas Desain & Pengembangan di New Earth University School of Science & Design Innovation.

Selain itu, ada Anneke van Waesberghe yang merupakan pendiri Escape Nomade, produsen dan perencana gaya hidup. Di tempat tinggalnya di Bali, dia bertemu dengan Mayank dan timnya, yang kemudian membawa pengetahuan Mayank akan bio-energik ke dalam pekerjaannya.

Baca juga: Pakar: Pemetaan arsitektur kuno jadi tahap awal kegiatan konservasi

Anneke adalah penulis dari pedoman Design for the Environment untuk EPA, untuk mempromosikan dan pengembangan desain bahan berkelanjutan untuk arsitektur, produk, dan desain industri.

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022