Tokyo (ANTARA) - Dolar AS naik terhadap yen dan bertahan kuat terhadap mata uang utama lainnya di awal perdagangan Asia pada Selasa, karena lebih banyak pejabat Federal Reserve membuat kasus untuk kebijakan moneter AS yang lebih ketat.

Greenback naik tipis terhadap sterling dan melayang lebih dari 1,0 persen di atas palung dua bulan terhadap euro setelah Wakil Ketua Fed Lael Brainard pada Senin (14/11) menggemakan komentar akhir pekan oleh Anggota Dewan Gubernur Fed Christopher Waller bahwa suku bunga perlu terus naik untuk memerangi inflasi, meskipun berpotensi pada kecepatan yang lebih lambat.

Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam mata uang utama lainnya termasuk yen, euro dan sterling, naik tipis 0,03 persen menjadi 107,00 di awal sesi Asia. Indeks mempertahankan kenaikan yang dibuat sehari sebelumnya ketika rebound dari level terendah tiga bulan di 106,27 yang dicapai pada Jumat (11/11).

Indeks dolar jatuh 3,9 persen minggu lalu, kinerja terburuk sejak Maret 2020, setelah harga konsumen AS naik lebih rendah dari yang diperkirakan, memicu spekulasi puncak suku bunga mungkin sudah dekat.

Pasar uang saat ini memperkirakan probabilitas 89 persen bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memperlambat laju kenaikan hingga setengah poin pada pertemuan berikutnya 14 Desember, melawan peluang 11 persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya.

"Pembicara Fed telah mengatur nada, mengingatkan pasar bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk membawa inflasi pulih," tulis ahli strategi senior valas National Australia Bank Rodrigo Catril dalam sebuah catatan kepada klien.

"Dolar secara luas lebih kuat dengan kinerja minggu lalu - pound sterling dan yen - memimpin penurunan."

Dolar naik 0,34 persen menjadi 140,40 yen, menambah rebound 0,84 persen semalam dari level terendah 2,5 bulan di 138,46. Dolar jatuh 5,39 persen minggu lalu, terbesar dalam 14 tahun.

Sterling turun 0,08 persen menjadi 1,1750 dolar, tergelincir lebih jauh dari puncak 2,5 bulan di 1,1855 dolar pada Jumat (11/11).

Euro sedikit berubah pada 1,03215 dolar setelah mundur dari tertinggi tiga bulan di 1,0364 dolar.

Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,13 persen menjadi 0,66935 dolar AS, tetapi tetap relatif dekat dengan puncak hampir dua bulan Senin (14/11) di 0,6720 dolar AS, didukung oleh langkah mitra dagang utama China untuk melonggarkan pembatasan COVID-19 dan mendukung pasar properti.

Ada sedikit reaksi dalam mata uang dari risalah pertemuan terakhir bank sentral Australia, yang menunjukkan pembuat kebijakan mempertimbangkan kenaikan 50 basis poin sebelum memilih kenaikan 25 basis poin lainnya.

"Aussie telah membuat beberapa kemajuan pada kurs silang sejauh minggu ini, dengan bantuan dari China," kata Sean Callow, ahli strategi mata uang senior di Westpac, menambahkan ada potensi kenaikan ke 0,6775 dolar AS dalam beberapa hari mendatang.

"Namun ekuitas global yang masih gelisah, membatasi kenaikan Aussie."

Yuan China di luar negeri sedikit berubah pada 7,0461 per dolar, setelah mencapai tertinggi lebih dari lima minggu di 7,0200 di sesi sebelumnya.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022