New York (ANTARA) - Dolar AS naik tipis pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat dan investor memperhatikan komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve, sementara pound Inggris jatuh karena investor tidak terkesan dengan anggaran terbaru pemerintah Inggris.

Greenback rebound sedikit setelah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena data inflasi dan pernyataan pembuat kebijakan Fed telah memicu taruhan bahwa bank sentral AS dapat segera memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Tetapi pada sebuah acara pada Kamis (17/11/2022), Presiden Fed St. Louis James Bullard menunjukkan sebuah grafik yang menunjukkan bahwa sekalipun asumsi yang dovish akan membutuhkan suku bunga kebijakan bank sentral naik setidaknya sekitar 5,0 persen, sementara asumsi yang lebih ketat menunjukkan bahwa itu akan berada di atas 7,0 persen. Suku bunga dana federal saat ini berada di kisaran 3,75 persen -4,00 persen setelah serentetan kenaikan agresif.

Baca juga: Dolar gagal menguat di Asia, karena ekonomi AS kirim sinyal beragam

Joe Perry, analis pasar senior di FOREX.com dan City Index di New York, juga menunjuk pada fokus Ketua Fed Jerome Powell pada suku bunga terminal daripada laju kenaikan.

Sementara dia memperkirakan dolar turun lebih rendah dalam jangka panjang, Perry melihat "kesempatan untuk memantul ke 109,25 atau lebih pada indeks dolar, dan kemudian bergulir dan berlanjut lebih rendah."

"Sebaliknya di euro, kita bisa melihatnya mundur ke 1,01 dolar dan kemudian memantul lebih tinggi juga," katanya.

Bullard berbicara sehari setelah Presiden Fed San Francisco Mary Daly - hingga baru-baru ini salah satu pejabat paling dovish - menambah keraguan tentang perubahan arah dari bank sentral dengan mengatakan jeda tidak dapat dilakukan.

Brad Bechtel, kepala valas global di Jefferies, menggambarkan presentasi Bullard sebagai "relatif hawkish" dan juga mencatat bahwa kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga membantu dolar pada Kamis (17/11/2022).

Baca juga: Dolar stabil di awal sesi Asia, pengeluaran AS picu naiknya suku bunga

Juga mencatat pergerakan sterling pada Kamis (17/11/2022), Bechtel mengatakan investor prihatin dengan anggaran menteri keuangan Inggris Jeremy Hunt, yang mencakup kenaikan pajak dan pengeluaran publik yang lebih ketat yang bertujuan untuk mendinginkan inflasi dan memulihkan reputasi ekonomi negara itu.

"Anggaran memiliki beberapa lubang dan tidak terlalu mengesankan dari sudut pandang pasar," kata Bechtel. "Mereka membuat lubang dengan membanting konsumen. Anda memiliki ekonomi yang jatuh dan krisis biaya hidup, dan mereka menaikkan pajak."

Pound Inggris terakhir turun 0,53 persen pada 1,1850 dolar, setelah sebelumnya jatuh sebanyak 1,25 persen menjadi 1,17645 dolar. Euro naik 0,26 persen terhadap pound pada 87,43 pence.

Terhadap dolar, euro terakhir turun 0,30 persen pada 1,0364 dolar, setelah turun sebanyak 0,86 persen di awal sesi. Awal pekan ini sempat menyentuh 1,048 dolar, level tertinggi sejak Juli.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, baru-baru ini naik 0,38 persen di 106,687. Setelah mencapai level tertinggi 20 tahun pada akhir September, indeks telah turun lebih dari 8,0 persen saat menyentuh level terendah intraday terbaru pada Selasa (15/11/2022).

Terhadap yen Jepang, greenback terakhir naik 0,44 persen di 140,1650 setelah jatuh di awal sesi. Pada puncaknya pada Kamis (17/11/2022) telah meningkat 0,83 persen.

Dolar Australia turun 0,82 persen pada 0,6682 dolar AS, sedangkan Kiwi turun 0,46 persen menjadi 0,6121 dolar AS.

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022