Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah mendekati level terendah dua bulan di sesi Asia pada Senin sore, setelah sebelumnya turun sekitar satu dolar AS per barel, karena kekhawatiran pasokan mereda sementara kekhawatiran atas permintaan bahan bakar dari China dan penguatan dolar AS juga menekan harga.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari telah tergelincir 74 sen atau 0,8 persen, menjadi diperdagangkan di 86,88 dolar AS per barel pada pukul 07.15 GMT.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Desember berada di 79,40 dolar AS per barel, merosot 68 sen atau 0,9 persen, menjelang berakhirnya kontrak pada Senin. Kontrak Januari yang lebih aktif terakhir turun 59 sen atau 0,7 persen, menjadi 79,52 dolar AS per barel.

Kedua harga acuan ditutup pada Jumat (18/11/2022) di level terendah sejak 27 September, memperpanjang kerugian untuk minggu kedua, dengan Brent turun 9 persen dan WTI 10 persen lebih rendah.

"Terlepas dari prospek permintaan yang melemah karena pembatasan COVID China, rebound dolar AS hari ini juga merupakan faktor bearish untuk harga minyak," kata Tina Teng, analis CMC Markets.

"Sentimen risiko menjadi rapuh karena semua data ekonomi negara besar baru-baru ini mengarah ke skenario resesi, terutama di Inggris dan zona euro," katanya.

Ia menambahkan bahwa komentar hawkish dari Federal Reserve AS pekan lalu juga memicu kekhawatiran atas prospek ekonomi AS.

Jumlah kasus COVID baru di China tetap mendekati puncak April ketika negara tersebut memerangi wabah secara nasional dan di kota-kota besar. Sekolah-sekolah di beberapa distrik di ibukota Beijing ditutup untuk kelas daring pada Senin setelah pejabat meminta penduduk untuk tinggal di rumah, sementara kota selatan Guangzhou memerintahkan penutupan selama lima hari untuk distrik terpadatnya.

Spread minyak mentah berjangka Brent bulan depan menyempit tajam minggu lalu, sementara WTI berubah menjadi contango (situasi di mana harga komoditas berjangka lebih tinggi dari harga spot), mencerminkan berkurangnya kekhawatiran pasokan.

Sementara itu, pasokan minyak mentah yang ketat di Eropa telah mereda karena kilang-kilang menumpuk stok menjelang embargo Uni Eropa pada minyak mentah Rusia 5 Desember, memberikan tekanan pada pasar minyak mentah fisik di seluruh Eropa, Afrika dan Amerika Serikat.

Kepala kebijakan energi Uni Eropa mengatakan kepada Reuters bahwa Uni Eropa berharap peraturannya selesai tepat waktu untuk pengenalan rencana G7 membatasi harga minyak mentah Rusia pada 5 Desember.

Analis RBC Capital Mike Tran mengatakan kontrak WTI Desember yang lemah dan berakhir hari ini mengindikasikan penjualan di paper market daripada pelemahan di pasar fisik yang sebenarnya.

"Persediaan global yang ketat tidak mendukung surplus tradisional barel adalah alasan untuk contango," katanya dalam sebuah catatan.

Sementara indikator pasar spot North Sea dan West Africa jauh dari kuat, mereka juga tidak menunjukkan tanda-tanda kesulitan, tambahnya.

Pasar minyak diesel tetap ketat, dengan Eropa dan Amerika Serikat bersaing untuk mendapatkan barel. Sementara China hampir menggandakan ekspor dieselnya pada Oktober dari setahun sebelumnya menjadi 1,06 juta ton, volumenya jauh di bawah 1,73 juta ton pada September.

Permintaan di importir minyak mentah utama dunia tetap terhambat oleh pembatasan COVID-19 sementara ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut di tempat lain telah meningkatkan greenback, membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi investor.


Baca juga: Harga minyak turun, dekati terendah 2 bulan
Baca juga: Harga minyak turun dua persen, pasar kekhawatiran permintaan melemah
Baca juga: Minyak beragam di sesi Asia, berada di jalur penurunan mingguan

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022