Jakarta (ANTARA) - Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) RI Yasonna Hamonangan Laoly mengatakan masyarakat, termasuk pelaku usaha di Tanah Air harus siap menghadapi revolusi industri 5.0 di masa mendatang.

"Sebentar lagi kita industri 5.0. Bagaimana kecepatan inovasi memengaruhi peradaban dunia," katanya pada kegiatan "Yasonna Mendengar" di Jakarta, Senin malam.

Di hadapan para peserta "Yasonna Mendengar" yang terdiri atas pelaku UMKM dan sejumlah komunitas, Menkumham mengatakan dalam buku yang ditulis oleh Yuval Noah Harari tentang peradaban yang pada intinya mengatakan soal kemampuan kognitif manusia sekitar 70 ribu tahun lalu.
​​​
Yuval Harari dalam bukunya mengatakan pada saat itu diperlukan waktu 60 ribu tahun berikutnya atau 10 ribu tahun yang lalu agar manusia bisa masuk ke revolusi pertanian. Di tahap itu, manusia baru mulai bercocok tanam, beternak sapi, dan lain sebagainya.

Baca juga: Menkumham ingatkan pentingnya mendaftarkan kekayaan intelektual
Baca juga: Menkumham: Indonesia harus siap hadapi perang inovasi


"Barulah 500 tahun berikutnya kita menemukan revolusi ilmiah," ujarnya.

Ia mengatakan dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi sudah semakin cepat. Sebagai contoh gabungan antara teknologi dengan internet yang saat ini menjadi suatu kebutuhan pokok oleh manusia, yaitu telepon genggam.

Kemajuan zaman dan teknologi yang serba cepat tersebut harus bisa dipahami masyarakat dan negara pada umumnya karena bila suatu bangsa hanya mengandalkan kekayaan alam maka akan tertinggal jauh dari negara yang sudah memanfaatkan teknologi dan inovasi, papar dia.

"Oleh karena itu, mulai sekarang saya mengajak bagaimana menggunakan kreativitas dan inovasi sesuai dengan talenta masing-masing," ajak dia.

Ia berharap ke depan lebih banyak lagi anak muda, insan kreatif, dan pengusaha di Indonesia yang melek kekayaan intelektual. Dengan menempelnya kekayaan intelektual pada produk yang dihasilkan, maka masyarakat akan dapat menambah nilai ekonomi dari produknya.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022