Ketangguhan bangsa Indonesia kita bisa melalui ini
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim pada Rabu meninjau tiga sekolah yang terdampak akibat gempa di Cianjur, Jawa Barat, yaitu TK PGRI Cugenang, SDN Cugenang, dan SMAN 2 Cianjur.

Mewakili Kemendikbudristek, Nadiem menyampaikan bela sungkawa atas musibah yang dialami oleh masyarakat di Cianjur khususnya para warga satuan pendidikan mulai dari pelajar dan mahasiswa hingga para guru dan tenaga kependidikan.

“Semoga saudara-saudara kita yang meninggal dunia mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT. Begitu pun untuk semua korban luka semoga segera diberi kesembuhan,” kata Nadiem saat dijumpai media di Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur, Rabu.

Nadiem menceritakan bahwa para guru di salah satu sekolah yang dia kunjungi, yaitu SMAN 2 Cianjur, berhasil mengeluarkan siswa-siswa dari seluruh kelas ketika gempa fase pertama terjadi. Dia pun mengapresiasi upaya yang dilakukan para guru sehingga tidak ada korban jiwa sama sekali di SMA 2 Cianjur ketika gempa berlangsung.

“Pada saat ronde kedua, pada saat mereka keluar, runtuhlah enam ruang kelas saat itu. Jadi luar biasa. Saya juga ingin mengucapkan juga apresiasi sebesar-besarnya kepada guru yang berhasil mengamankan siswa-siswanya mereka sungguh suatu tindakan kepahlawanan yang bisa menyelamatkan,” kata dia.

“Dan saya tahu ini pasti masa yang sulit bagi orang tua bagi para guru dan juga anak-anak yang pasti trauma dengan situasi ini. Tapi kami harap dengan ketangguhan bangsa Indonesia kita bisa melalui ini,” imbuh Nadiem.

Baca juga: Disparpora Cianjur mencatat seratusan bangunan sekolah rusak

Baca juga: Gempa susulan M 3,9, jalan utama Kampung Cisarua kembali ambles
Kondisi TK PGRI Cugenang dan SDN Cugenang yang rusak akibat gempa yang terjadi pada Senin (21/11/2022) di Cianjur, Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). (ANTARA/Rizka Khaerunnisa)


Sementara itu saat dijumpai secara terpisah, Kepala Sekolah SDN Cugenang Yati Hentriyani mengatakan bahwa sekolah dalam keadaan kosong atau tidak ada siswa di sekolah ketika gempa terjadi.

Dia memastikan hanya terdapat seorang guru dan penjaga sekolah saat gempa.

Meski demikian, Yati mencatat hingga saat ini terdapat tiga siswa yang telah dinyatakan meninggal dunia akibat tertimbun longsor saat mereka berada di rumah.

“(Kami) belum bisa secara mendetail mendata siswa-siswa kami, baik yang masih berada atau yang belum ditemukan. Sampai saat ini baru tiga orang yang dianggap meninggal dunia,” kata dia.

Kepala Sekolah TK PGRI Cugenang NR Rosiswartini juga mengatakan TK dalam keadaan tidak ada siswa dan guru ketika gempa berlangsung.

Namun ia mencatat hingga saat ini terdapat dua siswa TK yang dinyatakan meninggal dunia dan tiga siswa masih belum ada kabar.

“Total siswa 45 (orang). Yang sudah ketahuan meninggal dua (siswa). Yang tiga (siswa) lagi belum ada kabar (belum ada informasi dari pihak keluarga) sampai sekarang,” kata dia.

Dalam pantauan ANTARA, TK PGRI Cugenang merupakan sekolah dengan tingkat kerusakan terparah dengan seluruh bangunan ambruk, dibanding dua sekolah lain yang dikunjungi Mendikbud

Sebelum ambruk total, TK PGRI Cugenang memiliki dua ruangan kelas, kantor, gudang, ruang sekretariat pramuka, serta toilet.

Menurut Rosiswartini, seluruh data-data penting yang dimiliki sekolah tertimbun reruntuhan bangunan.

Baca juga: Pemerintah akan bangun rumah tahan gempa bagi korban gempa Cianjur

Baca juga: Sejumlah polwan menghibur anak-anak yang terdampak gempa di Cianjur

 

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022