New York (ANTARA) - Dolar AS jatuh terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah risalah dari pertemuan November Federal Reserve menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan di bank sentral sepakat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Risalah pertemuan 1-2 November, di mana The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar tiga perempat persen untuk keempat kalinya berturut-turut dalam upaya untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, menunjukkan para pejabat sebagian besar puas bahwa mereka dapat berhenti menaikkan suku bunga besar dan bergerak dalam langkah-langkah yang lebih kecil.

Risalah juga menunjukkan perdebatan yang muncul di dalam Fed mengenai risiko pengetatan kebijakan yang cepat dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dan stabilitas keuangan, bahkan ketika pembuat kebijakan mengakui ada sedikit kemajuan yang dapat dibuktikan pada inflasi dan bahwa suku bunga masih perlu dinaikkan.

"The Fed telah menaikkan suku bunga lebih cepat daripada periode mana pun dalam sejarah baru-baru ini dan sekarang mereka ingin lebih banyak waktu untuk menilai dampak dari tindakan mereka," kata Moez Kassam, manajer portofolio di Anson Funds di Toronto.

Euro naik 0,87 persen terhadap dolar pada 1,03925 dolar, bersiap untuk kenaikan sesi kedua berturut-turut.

Data pada Rabu (23/11/2022) menunjukkan aktivitas bisnis AS mengalami kontraksi selama lima bulan berturut-turut pada November, dengan data pesanan baru turun ke level terendah dalam 2,5 tahun karena suku bunga yang lebih tinggi memperlambat permintaan.

Data lain menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat lebih dari yang diharapkan pada minggu lalu, meskipun kondisi pasar tenaga kerja tetap ketat.

Tahun ini, dolar telah menguat terhadap setiap mata uang utama, didorong oleh kenaikan suku bunga Fed yang sangat besar. Tetapi data harga konsumen AS yang lebih dingin dari perkiraan baru-baru ini telah mendorong harapan investor bahwa Fed mungkin berada dalam posisi untuk memoderasi laju kenaikannya.

Sterling melesat lebih tinggi pada Rabu (23/11/2022), naik untuk hari kedua berturut-turut terhadap dolar setelah data awal aktivitas ekonomi Inggris mengalahkan ekspektasi, meskipun masih menunjukkan kontraksi sedang berlangsung.

Pound terakhir naik 1,43 persen pada 1,2055 dolar.

"Pound telah menguji 1,20 untuk sementara waktu sekarang dan penembusan itu telah memberi pasar lampu hijau untuk bergerak lebih tinggi," kata Lee Hardman, analis mata uang senior di MUFG di London.

"Pada dasarnya ini lebih merupakan aksi jual dolar yang lebih luas di belakang data AS yang lebih lemah dan PMI yang lebih lemah di AS daripada di Eropa."

Terhadap yen, dolar tergelincir 0,33 persen menjadi 144,905 yen.

Dolar Selandia Baru mencapai level tertinggi tiga bulan, setelah bank sentral negara itu menaikkan suku bunga dengan jumlah rekor meskipun memperingatkan ekonomi mungkin menghabiskan satu tahun penuh dalam resesi.

Kiwi naik 1,34 persen menjadi 0,62375 dolar AS.

Bank sentral Selandia Baru (RBNZ) menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin menjadi 4,25 persen - tertinggi dari ekonomi G10 mana pun.

Mata uang kripto, yang mengalami penjualan intens setelah jatuhnya bursa kripto utama FTX, tetap berombak, dengan bitcoin naik 1,52 persen pada 16.443 dolar AS.

Baca juga: Dolar bertahan kuat di sesi Asia, tapi cemas jelang rilis risalah Fed
Baca juga: Dolar stabil di awal sesi Asia karena investor menunggu risalah Fed
Baca juga: Dolar tergelincir karena investor kembali memburu mata uang berisiko

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022