Kalau kita ingin menjaga model ekonomi yang relevan untuk saat ini dan ke depan, variabel keberlanjutan perlu dimasukkan ke dalam model.
Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Amalia Adininggar Widyasanti menyebut model ekonomi yang diterapkan Indonesia perlu memasukkan variabel berkelanjutan agar tetap relevan.

“Kalau kita ingin menjaga model ekonomi yang relevan untuk saat ini dan ke depan, variabel keberlanjutan perlu dimasukkan ke dalam model,” katanya dalam International Economic Modelling Forum di Jakarta, Kamis.

Model ekonomi ini akan membuat pemangku kebijakan untuk mengukur harga yang harus dibayar agar industri tetap kompetitif dan emisi karbon juga berkurang, antara lain melalui implementasi pajak karbon. "Ini termasuk bagaimana pajak karbon dapat dialokasikan untuk mendorong produktivitas sektor industri,” katanya.

Baca juga: Bappenas: Ekonomi Indonesia didorong tumbuh dengan emisi karbon rendah

Model ekonomi yang memasukkan variabel pembangunan berkelanjutan juga dapat mengukur dampak dari strategi-strategi yang diimplementasikan untuk meningkatkan investasi pada sektor ekonomi baru dan terbarukan (EBT) terhadap pengembangan EBT.

“Kita juga bisa melakukan simulasi untuk mendapatkan gambaran apakah pembangunan ekonomi sesuai dengan komitmen NDC (Nationally Determined Contribution) kita,” ucapnya.

Sebelumnya Indonesia meningkatkan target pengurangan emisi karbon pada 2030, yakni dari 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen dengan bantuan internasional menjadi 31,89 persen, dan dari 41 persen dan 43 persen.

Baca juga: Bappenas sebut Indonesia kaya sumber energi baru dan terbarukan

Indonesia sendiri sudah mulai menerapkan model ekonomi yang memasukkan variabel berkelanjutan dengan dibantu oleh Arise Plus yang didanai oleh Uni Eropa.

Amalia menambahkan kesuksekan dalam meraih pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dapat diraih dengan kerja sama antara pemerintah dan sektor swasta untuk mengatasi tantangan fundamental.

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2022