Jakarta (ANTARA) - Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) mendukung penguatan rantai nilai halal atau Halal Value Chain (HVC) guna mengembangkan ekosistem ekonomi syariah di Tanah Air.

Mengacu pada Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024, penguatan rantai nilai halal merupakan bagian dari strategi utama dalam mewujudkan Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah terkemuka dunia.

"Salah satu program prioritas yang telah dilakukan KNEKS untuk mendukung penguatan halal value chain di Indonesia adalah mengembangkan sertifikasi produk halal," kata Direktur Bisnis dan Kewirausahaan KNEKS Putu Rahwidhiyasa dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

Perusahaan tersertifikasi halal didominasi oleh sektor makanan sebesar 90 persen, namun perusahaan tersertifikasi halal di sektor farmasi dan kosmetik terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

"Terdapat empat fokus prioritas sertifikasi halal yang kita sebut zona kuliner halal aman dan sehat, salah satunya di Rasuna Garden food Street Jakarta," ujar Putu.

Baca juga: Wapres: RI bisa ambil peluang ekspor pangan halal meski saat krisis

KNEKS bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga mendorong digitalisasi pariwisata ramah muslim melalui ajang digital Islam di 2022 dan penerbitan panduan pariwisata ramah muslim di lima destinasi favorit.

"Saat ini ada tiga kawasan industri halal yang telah beroperasi yang pertama di Cikande (Banten),  kedua di Sidoarjo (Jawa Timur),  di Riau, dan beberapa kawasan Industri halal lainnya sedang mengajukan permohonan menjadi Kawasan Industri halal," kata Putu.

Sementara itu Direktur Retail Banking Bank Syariah Indonesia (BSI) Ngatari mengatakan Indonesia saat ini telah mewakili 11,34 persen dari pengeluaran ekonomi halal global dengan makanan menempatkan posisi terbesar belanja Indonesia yaitu sebesar 135 miliar dolar AS. Menurutnya, dengan peluang yang ada, BSI mampu mengejar kapitalisasi pasar menjadi peringkat 10 dari peringkat 14 dunia pada 2025.

Baca juga: OJK paparkan upaya dongkrak indeks inklusi-literasi keuangan syariah

"Kita ada potensi di 46 persen penduduk Indonesia yang preferensi syariah. Jadi ada 20,6 persen preferensi halal syariah dan 25,6 persen dari preferensi fungsional dan sosial," ujar Ngatari.

Namun data menunjukkan pangsa pasar perbankan syariah Indonesia masih rendah yakni sebesar 6,8 persen per Juli 2022, untuk pembiayaan sebesar 7,42 persen, serta Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7,43 persen.

Tidak hanya itu, jaringan bank syariah di Indonesia saat ini baru mencapai 10 persen dari jaringan bank konvensional, yang artinya bank syariah baru memiliki sekitar 2.664 jaringan dibandingkan bank konvensional yang sebanyak 28.342 jaringan.

"Jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia market share-nya sudah 30,1 persen, Indonesia itu baru 6,74 persen. Padahal penduduk islamnya banyak kita. Marilah kita membantu meningkatkan market share perbankan syariah di Indonesia," kata Ngatari.

Baca juga: OJK catat pangsa pasar perbankan syariah capai 7,03 persen per Agustus

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022