Jakarta (ANTARA) - Striker Iran Mehdi Taremi membantah timnya berada "di bawah tekanan" pemerintah setelah memilih tidak menyanyikan lagu kebangsaan sebelum pertandingan Piala Dunia pertama mereka.

Pemain-pemain Iran berdiri tanpa ekspresi saat lagu kebangsaan mereka diperdengarkan sebelum mereka kalah 2-6 dari Inggris pada Senin sebagai solidaritas kepada pengunjuk rasa anti-pemerintah di negaranya.

Iran diguncang oleh demonstrasi yang dipicu oleh kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun setelah ditangkap September lalu karena dugaan melanggar aturan mengenakan pakaian sesuai syariat Islam.

"Saya tidak suka membahas masalah politik tetapi kami tidak berada di bawah tekanan apa pun," kata Taremi dalam konferensi pers menjelang pertandingan keduanya di Grup B melawan Wales hari ini.

"Saya tahu pertanyaan semacam ini akan diajukan tetapi apa pun yang saya katakan, itu tidak masalah karena sejumlah orang akan menulis apa pun yang ingin mereka tulis," tambah dia seperti dikutip AFP.

"Jadi saya lebih suka membicarakan masalah politik secara pribadi atau di media sosial saya sendiri."

Baca juga: Tim Iran tidak ikut nyanyikan lagu kebangsaannya jelang lawan Inggris

Taremi yang mencetak kedua gol Iran saat kalah telak dari Inggris itu melanjutkan, "Kami datang untuk bermain sepak bola, bukan hanya kami tetapi semua pemain di sini di Qatar."

"Saya dan ribuan orang seperti saya memiliki kekuatan untuk mengubah banyak hal," sambung dia.

Pelatih Iran Carlos Queiroz juga mengaku tidak percaya olahraga dan politik harus dicampuradukkan.

"Kami tidak ingin mencampuradukkan isu-isu semacam itu saat kami bermain sepak bola," kata pelatih berpengalaman asal Portugal itu.

"Yang saya anggap aneh, sebagai warga dunia yang rendah hati, adalah Anda tidak mengajukan pertanyaan yang sama kepada pelatih lain dari tim nasional lain. Menurut saya ini tidak adil."

Pihak berwenang Iran pada Kamis menangkap seorang mantan pemain timnas asal Kurdi yang sangat mendukung protes tersebut.

Voria Ghafouri yang 28 kali membela timnas Iran hingga 2019, ditahan atas tuduhan menyebarkan "propaganda" melawan Iran, lapor kantor berita Fars.

Kepala HAM PBB Volker Turk mengatakan Kamis bahwa sekitar 14.000 orang, termasuk anak-anak, ditangkap atas protes tersebut dan mencela fakta bahwa setidaknya enam pengunjuk rasa dijatuhi hukuman mati.

Baca juga: Inggris mulai Piala Dunia 2022 dengan pesta gol 6-2 atas Iran
Baca juga: PBB minta Iran setop penggunaan kekuatan berlebihan pada demonstran

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022