Jakarta (ANTARA) - Salah satu panelis pada diskusi bertajuk Indo-Pacific: ASEAN Centrality and the Emergence of Minilateral Arrangements mengatakan bahwa banyak orang menyadari bahwa hubungan antara negara besar terutama antara, Amerika Serikat, China dan Rusia telah memburuk dalam beberapa tahun terakhir, akan tetapi bagi ASEAN masalah hubungan negara besar tersebut bukanlah sesuatu hal yang baru.

"Itu adalah sesuatu yang selalu kita antisipasi dan persiapkan," kata Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Komunitas Politik-Keamanan Robert Matheus Michael Tene dalam diskusi di Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) 2022 di Jakarta, Sabtu.

Michael mengatakan bahwa pada 1994 pihak ASEAN mengadakan ASEAN Regional Forum, pada 2005 mengelar KTT Asia Timur dan pada 2011 menyelenggarakan perluasan KTT Asia Timur yang mencakup Rusia dan Amerika Serikat.

"Ini semua adalah upaya ASEAN untuk melibatkan mitranya, terutama negara-negara besar dan untuk menghadapi implikasi apa pun yang timbul dari hubungan mereka, terutama dampaknya terhadap kawasan kita", katanya.

Michael menambahkan bahwa baru-baru ini pihaknya juga menyadari bahwa ASEAN telah mengeluarkan pandangannya tentang Indo-Pasifik, yang merupakan kerangka strategis lain dari ASEAN tentang cara menangani hubungan kekuatan utama.

Sebelumnya, awal November ini Pemerintah Indonesia menerima penyerahan keketuaan ASEAN 2023 dari Kamboja.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berharap Indonesia dapat menjalankan keketuaan ASEAN sebaik Indonesia menjalankan Presidensi G20 tahun ini.

Baca juga: Dubes RI yakin ASEAN bisa jadi jembatan China-AS
Baca juga: Jokowi harap partisipasi AS di Indo-Pacific Forum 2023
Baca juga: Indonesia fokus Indo-Pacifik dalam KTT ASEAN

Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022