Perempuan diharapkan mampu melindungi aset digitalnya
Jakarta (ANTARA) -
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengajak dan mendukung penuh para perempuan Indonesia untuk terus meningkatkan wawasan, kapabilitas dan mengambil peluang karir di dunia siber untuk melindungi aset digitalnya secara mandiri.
 
"Perempuan diharapkan mampu melindungi aset digitalnya secara mandiri kemudian memiliki minat untuk memilih karir di bidang keamanan siber dan mampu menjadi pemimpin di bidang ini," ucap Direktur Keamanan Siber dan Sandi Negara, Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata BSSN Dr. Edit Prima dalam diskusi Menutup Kesenjangan Gender Digital memperingati Hari Ibu 2022, di Jakarta, Rabu.
 
Ia mengatakan terwujudnya hal tersebut juga menjadi kesempatan bagi perempuan bahwa bidang keamanan siber juga bidang yang tepat untuk perempuan.
 
Data Kementerian Ketenagakerjaan yang disampaikan Edit, jumlah tenaga kerja di sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) nasional pada tahun 2021 sekitar 1 juta orang dan diperkirakan kebutuhan akan bertambah setiap tahun hingga mencapai 1,97 juta orang di tahun 2025.
 
Peluang tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk laki-laki, tapi juga bagi perempuan sebagai 56,6 persen pengguna internet Indonesia.

Baca juga: BSSN ingatkan pentingnya tanggung jawab bersama amankan ruang digital

Baca juga: BSSN sebut Indonesia punya 115 tim tanggap insiden siber

 
Edit mengatakan, perempuan juga bisa ikut menjaga keamanan ruang siber dengan meningkatkan literasi budaya digital dan keamanan siber di keluarga, agar terhindar dari serangan siber yang bersifat teknis seperti pencurian data dan fishing.
 
"Salah satu yang dilakukan yang berdampak besar sebagai contoh membuat password yang kuat, menggantinya secara berkala, serta berhati-hati untuk tidak sembarangan membaginya kepada orang lain. Lalu untuk tidak sembarangan mengklik link atau tautan yang tidak jelas," ucapnya.
 
Selain risiko serangan siber secara teknis, serangan siber juga bisa bersifat sosial seperti propaganda hitam dan hoaks.
 
Edit mengatakan upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari risiko ini adalah dengan memilah informasi yang diterima serta tidak serta-merta membagikan informasi tanpa memeriksa sumbernya agar tidak tercipta perpecahan persatuan.
 
Selain itu perlu juga menguatkan paradigma Pancasila dengan berperilaku sesuai batasan, mengamalkan nilai sosial, budaya dan beragama serta memahami etika di dunia digital.
 
"Memperkuat paradigma Pancasila dengan berperilaku sesuai batasan, mengamalkan nilai budaya, sosial, agama, berbangsa dan bernegara serta memahami etika di dunia nyata bisa diterapkan jadi komunikasikan di dunia maya," ucap Edit.
 
Berkembangnya teknologi informasi di dunia digital membuat kemudahan dan kenyamanan di masyarakat dalam hal pekerjaan, belajar bahkan hingga berbelanja.
 
Namun dibalik semua itu terdapat risiko ancaman kejahatan di ruang siber. Berdasarkan monitoring yang dilakukan BSSN, lebih dari 893 juta anomali risiko kejahatan siber dalam kurun waktu Januari hingga November 2022. Oleh karena itu butuh upaya adaptif dan inovatif untuk menjaga ruang siber Indonesia.

Baca juga: BSSN gaet swasta jalin kemitraan perangi kejahatan siber di Indonesia
 
Baca juga: BSSN sebut terjadi 1,6 miliar serangan siber sepanjang 2021

 

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022