Di tengah gejolak ekonomi yang semakin penuh ketidakpastian, terutama terkait nilai tukar rupiah yang sejak awal tahun hingga awal November 2022 telah melemah sebesar 9,65 persen terhadap dolar AS, reksa dana pasar uang dapat menjadi alternatif inves
Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat menilai diversifikasi investasi menghadapi ketidakpastian ekonomi mutlak diperlukan untuk menjaga imbal hasil investasi tetap optimal.

"Di tengah gejolak ekonomi yang semakin penuh ketidakpastian, terutama terkait nilai tukar rupiah yang sejak awal tahun hingga awal November 2022 telah melemah sebesar 9,65 persen terhadap dolar AS, reksa dana pasar uang dapat menjadi alternatif investasi," ujar Budi saat diskusi dengan awak media di Jakarta, Rabu.

Pada 2023 diramalkan banyak pihak akan menjadi tahun dengan kondisi ekonomi global yang semakin bergejolak, ancaman resesi, tingginya inflasi, hingga pengetatan likuiditas semakin memojokkan ekonomi banyak negara menuju pelemahan.

Dalam kondisi terburuk, Bank Dunia bahkan meramal perekonomian global akan menyusut hingga 1,9 persen menjadi 0,5 persen pada 2023. Bank Indonesia juga menyatakan bahwa melambatnya ekonomi global terutama akan terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Bahkan probabilitas terjadinya resesi di AS sudah mendekati 60 persen, demikian juga di Eropa.

Pemicu utama dari kondisi ekonomi AS dan Eropa adalah tingginya harga energi dan bahan makanan, serta kebijakan moneter yang diambil akan semakin mengetat.

Salah satu produk reksa dana pasar uang besutan Bahana TCW yang tetap mencatatkan kinerja optimal adalah Reksadana Bahana Liquid USD (BLU). Selama satu tahun terakhir produk tersebut berhasil mencetak tingkat imbal hasil sebesar 0,34 persen.

Dengan tren suku bunga deposito perbankan yang menunjukkan kenaikan, lanjut Budi, maka dalam satu tahun ke depan BLU berpotensi untuk dapat mencetak tingkat return sebesar 1-1,3 persen per tahun.

Menghadapi 2023, strategi Bahana TCW agar produk-produk investasi tetap dapat memberikan imbal hasil yang optimal adalah dengan memperkuat penerapan manajemen risiko.

Polemik kebijakan pasca COVID-19 dan memanasnya konflik geopolitik, Bahana TCW melihat perlunya penerapan manajemen risiko yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Bahana TCW menggunakan kombinasi analisa top-down dengan bottom-up sehingga memungkinkan untuk mendapatkan imbal hasil yang optimal dengan pengelolaan risiko portfolio yang terukur.

Bahana TCW juga memiliki line up produk yang dapat menjawab tantangan ketidakpastian ekonomi pada 2023. Bahana TCW melihat kelas aset obligasi dapat memberikan imbal hasil yang menarik pada 2023.

Sejalan dengan itu, produk eksisting Bahana TCW yang juga menjadi flagship fund adalah Asian Bond Fund yang merupakan reksadana index yang mengacu pada “IBOXX ABF Indonesia Index” di mana hal tersebut memungkinkan investor untuk dapat membeli seri flagship obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Indonesia. Bahana TCW menilai produk tersebut dapat memberikan imbal hasil yang optimal pada 2023 sejalan dengan analisa pasar obligasi.

Baca juga: Ekonomi dinamis, Bahana TCW ingatkan investor diversifikasi investasi

Baca juga: Bahana TCW ungkap tips aman investasi reksa dana

 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022