London (ANTARA) - Platform lingkungan CDP pada Rabu menyatakan bahwa perusahaan tidak berbuat banyak untuk menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati, dan sebagian besar tidak tahu tentang kerusakan alam yang disebabkan oleh rantai pasok mereka.

Sekitar 20 ribu perusahaan melaporkan kepada CDP tentang serangkaian data iklim dan lainnya, yang kemudian digunakan investor pelaku pasar keuangan lain untuk melacak kemajuan dalam isu tersebut serta menilai risiko dan peluang terkait.

CDP mengatakan bahwa laporan tersebut merupakan tanggapan terhadap kuesioner tentang keanekaragaman hayati dari 7.700 perusahaan lebih menandai penilaian terbesar yang pernah ada.

Hal itu dilakukan menjelang perundingan global untuk mencapai kesepakatan tentang perlunya melindungi keanekaragaman hayati di Montreal yang dimulai pada 7 Desember.

Di antara pertanyaan yang mungkin akan didiskusikan adalah tentang kemungkinan mewajibkan perusahaan untuk membuat pelaporan tentang isu tersebut, sesuatu yang ditanyakan oleh lebih dari 330 bisnis, termasuk GSK dan H&M Group.

Laporan terbaru dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyarankan layanan ekosistem seperti penyerbukan tanaman dan pemurnian air yang bernilai hingga 140 triliun dolar AS (sekitar Rp) per tahun.

Hampir setengah perusahaan yang menanggapi CDP mengatakan bahwa mereka mempertimbangkan keanekaragaman hayati dalam strategi perusahaan mereka, termasuk berkomitmen untuk berbuat lebih baik dan menerapkan mekanisme tata kelola untuk memastikan kepatuhan.

Meski demikian, 55 persen responden belum mengambil tindakan untuk memajukan komitmen mereka setahun terakhir dan 70 persen tidak menilai dampak dari rantai pasok mereka terhadap keanekaragaman hayati, kata CDP.

Jane Ambachtsheer, yang merupakan kepala keberlanjutan global di BNP Paribas Asset Management, yang mendukung seruan untuk pengungkapan wajib, mengatakan bahwa pengungkapan yang lebih baik dan lebih konsisten dari sektor swasta dibutuhkan.

"Penguraian alam sedang berlangsung dan investor perlu bertindak sekarang, dimulai dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana investasi kami berdampak pada alam dan bagaimana kerusakan alam dapat menimbulkan risiko keuangan," kata Ambachtsheer.

Sumber: Reuters
Baca juga: Gandeng CDP, PTBA targetkan jadi perusahaan energi peduli lingkungan
Baca juga: CDP: Komitmen swasta untuk restorasi hutan masih kurang
Baca juga: Lembaga keuangan diduga hadapi kerugian terkait air 225 miliar dolar

Penerjemah: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022