Kopenhagen (ANTARA) - Raksasa mode asal Swedia H&M, pada Rabu, menjadi perusahaan eceran besar Eropa pertama yang mulai merumahkan para pekerjanya secara besar-besaran dengan pengumuman pemberhentian atas 1.500 karyawan akibat permintaan yang melemah saat para konsumen menghadapi inflasi yang melonjak.

Langkah yang diambil oleh perusahaan retail mode terbesar kedua di dunia itu diambil saat biaya hidup kian meningkat dan dampak dari peperangan di Ukraina berpengaruh pada pengeluaran para konsumen, menekan perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika Serikat untuk menyimpan aset tunai.

Pemotongan jumlah pekerja oleh perusahaan yang memperkerjakan kurang lebih 155.000 orang itu merupakan bagian dari rencana yang diluncurkan pada September untuk menghemat sebesar dua miliar kron Swedia per tahun.

Perusahaan tersebut mengatakan bahwa penghematan itu akan digunakan di semester kedua tahun depan, yang akan memakan biaya restrukturisasi sebesar 800 juta kron Swedia di kuartal keempat.

“Kami sedang berada dalam transisi besar dan seluruh industri retail sedang menghadapi banyak tantangan,” kata perwakilan hubungan investor H&M Nils Vinge kepada Reuters, yang menyebut terpaan pandemi, peperangan Ukraina, dan biaya energi serta jasa kargo.

Pemotongan jumlah pekerja terbesar akan dilakukan di Swedia, kata Vinge.

Sementara itu, meski para pelaku retail kelas menengah (high street) kewalahan terutama dengan adanya kompetisi dari merek-merek berbasis daring, perusahaan retail mode asal Inggris Primark telah mengumumkan rencana untuk menambahkan 1.800 pekerja di Spanyol dan Inggris dengan keuntungan yang didapatkan dari orang-orang yang ingin berbelanja dengan harga barang yang lebih murah.

Sumber: Reuters
Baca juga: Pedagang retail di Jerman perkirakan penjualan lebih lemah saat Natal
Baca juga: 20.000 karyawan Nissan terancam di-PHK, mayoritas di Eropa

 

Penerjemah: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022