Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 43 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 86,54 dolar AS per barel
Singapura (ANTARA) - Harga minyak melemah di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena ketidakpastian bertahan menjelang pertemuan OPEC+ pada Minggu (4/12/2022) meskipun pelonggaran pembatasan COVID di importir minyak mentah utama dunia China membatasi penurunan harga.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir 43 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 86,54 dolar AS per barel pada pukul 07.40 GMT. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 42 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 80,13 dolar AS per barel.

Kontrak acuan minyak menetap lebih tinggi lebih dari dua dolar AS pada Rabu (30/11/2022) di tengah melemahnya dolar dan optimisme atas pemulihan permintaan China.

"Pasar tetap tidak yakin tentang keputusan OPEC, dengan beberapa memperkirakan pemotongan, sementara yang lain menyatakan perpanjangan kesepakatan saat ini lebih mungkin terjadi," kata analis riset ANZ dalam sebuah catatan pada Kamis, dikutip dari Reuters.

Pasar juga bersiap menghadapi dampak sanksi Eropa terhadap minyak Rusia, tambah para analis.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan bertemu secara virtual pada 4 Desember.

Keputusan untuk mengadakan pertemuan secara virtual menandakan kemungkinan kecil ada perubahan kebijakan, sumber mengatakan kepada Reuters pada Rabu (30/11/2022), karena kelompok tersebut menilai dampak dari pembatasan harga minyak Rusia di pasar yang kian dekat.

Secara umum, sentimen terangkat oleh pergeseran strategi nol-COVID China, yang meningkatkan optimisme atas pemulihan permintaan minyak China.

Kota Guangzhou dan Chongqing di China mengumumkan pelonggaran pembatasan COVID pada Rabu (30/11/2022), sehari setelah para demonstran di Guangzhou selatan bentrok dengan polisi di tengah serangkaian protes terhadap pembatasan virus corona terberat di dunia.

Sementara wabah baru di China dapat membebani aktivitas dalam waktu dekat, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan pada Rabu (30/11/2022) bahwa ada ruang untuk kalibrasi ulang yang aman dari kebijakan COVID yang dapat memungkinkan pertumbuhan ekonomi meningkat pada 2023.

Namun, aktivitas bisnis China semakin menyusut pada November, menurut data resmi PMI (indeks manajer pembelian) pada Rabu (30/11/2022), menimbulkan kekhawatiran tentang tahun depan.

Penurunan persediaan minyak mentah AS juga membatasi penurunan harga pada Kamis. Persediaan minyak mentah turun 12,6 juta barel dalam sepekan hingga 25 November, lebih tinggi dibandingkan ekspektasi analis sebelumnya untuk penurunan 2,8 juta barel, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA).

Meskipun demikian, persediaan bensin dan sulingan naik lebih besar dari yang diperkirakan, sebagai indikator berkurangnya permintaan.

Produksi minyak mentah AS juga melampaui 12 juta barel per hari, tertinggi sejak sebelum dimulainya pandemi virus corona, kata EIA.

Baca juga: Minyak naik di Asia dipicu pasokan ketat, optimisme permintaan China
Baca juga: Produksi minyak OPEC turun pada November setelah pemotongan dijanjikan
Baca juga: Minyak melonjak 2 dolar dipicu pasokan lebih ketat dan dolar melemah

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022