Bandung (ANTARA) - Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggandeng jenama sepatu berpengalaman untuk membangkitkan kembali sentra industri sepatu Cibaduyut, Kota Bandung, Jawa Barat.

Direktur Jenderal IKMA Kemenperin Reni Yanita mengatakan kolaborasi dengan jenama Adorable Project yang fokus di bidang alas kaki itu diharapkan bisa membuat para pelaku bisnis sepatu di Cibaduyut membuat inovasi-inovasi baru yang mengikuti perkembangan jaman.

"Kita lakukan bersama, berkolaborasi untuk mendongkrak lagi, menumbuhkan lagi IKM (industri kecil dan menengah) alas kaki Cibaduyut seperti eranya tahun 90-an," kata Reni di Bandung, Jawa Barat, Senin.

Menurutnya jenama tersebut menggandeng 10 IKM sepatu di Cibaduyut. Nantinya para IKM tersebut menurutnya bakal mendapatkan sejumlah pengalaman menjalankan bisnis di era teknologi saat ini.

Pasalnya, kata dia, pelaku IKM alas kaki tidak bisa hanya mengandalkan sistem penjualan luring dengan penampilan produk maupun pengemasan produk yang bersifat konservatif untuk bisa berkembang maupun bersaing mendapatkan pasar yang saat ini terus berubah.

"Sehingga transformasi digital dan inovasi menjadi penting mengingat semakin cepat berkembangnya kemampuan industri maupun kebutuhan konsumen yang memberikan dampak signifikan pada proses bisnis industri termasuk di sektor industri alas kaki," katanya.

Reni menyampaikan bahwa industri alas kaki merupakan salah satu sektor industri yang memiliki potensi pasar lokal dan global yang harus dapat diisi oleh produk alas kaki dalam negeri.

Hal itu menurutnya didukung oleh data World Footwear Yearbook 2022, yang menyatakan Indonesia merupakan konsumen produk alas kaki terbesar keempat di dunia dengan total konsumsi mencapai angka 806 juta pasang sepatu atau 3,8 persen dari total konsumsi produk alas kaki dunia di tahun 2021.

Kemudian pada tahun 2021, dia mengatakan Indonesia juga merupakan eksportir alas kaki terbesar ketiga di dunia setelah China dan Vietnam. Menurutnya kuantitas ekspor produk alas kaki Indonesia mencapai angka 427 juta pasang, atau 3,3 persen dari total produk alas kaki yang diekspor di seluruh dunia.

Untuk itu, menurutnya kebangkitan produk sepatu dalam negeri juga diperlukan guna mengantisipasi perlambatan ekonomi dunia yang diprediksi terjadi pada tahun 2023. Dengan memiliki penduduk sebanyak 270 juta, menurutnya pangsa pasar dalam negeri bisa mencegah efek resesi dunia terhadap ekonomi Indonesia.

"Ketika dunia resesi, kita tidak ingin terjadi PHK, kita coba tingkatkan lagi bahwa pangsa pasar dalam negeri itu besar," kata Reni.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung Elly Wasliah mengatakan sentra sepatu Cibaduyut merupakan salah satu destinasi yang wajib dikunjungi para wisatawan di era tahun 90-an. Namun dia menilai kini sentra sepatu Cibaduyut kini lebih lesu dibanding era tersebut.

Padahal, kata dia, sentra sepatu Cibaduyut memiliki potensi bagi pertumbuhan ekonomi. Karena, kata dia, festival sentra bisnis Cibaduyut yang beberapa waktu lalu digelar Pemerintah Kota Bandung tercatat menghasilkan omset Rp400 juta.

"Selain Cibaduyut juga ada sentra rajut di Binongjati, saat itu masih pandemi COVID-19 tapi sentra rajut masih eksis, malah bisa ekspor ke Selandia Baru," kata Elly.

Baca juga: IKM sepatu binaan Kemenperin tembus pasar ekspor

Baca juga: Mendag lepas ekspor sepatu Nike senilai 211 ribu dolar ke Belanda

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022