Brussels (ANTARA) - Pengadilan terbesar dalam sejarah Belgia dimulai pada Senin, dengan menghadirkan 10 orang yang dituduh terlibat dalam pengeboman bunuh diri di Brussels pada 2016 yang menewaskan 32 orang dan melukai lebih dari 300 orang.

Melalui proses selama tujuh bulan, persidangan itu menghidupkan kembali kenangan menyakitkan bagi mereka yang kehilangan orang yang dicintai, terluka atau menyaksikan dua pemboman di bandara dan satu lagi di stasiun kereta metro pada 22 Maret 2016.

Sekitar 1.000 orang telah mendaftar untuk hadir dalam proses pengadilan tersebut.

"Saya sangat sulit tidur tadi malam," kata Christelle Giovannetti kepada wartawan sebelum sidang dimulai. Giovannetti kini harus memakai alat bantu dengar karena cedera dalam pemboman di stasiun kereta metro.

Sylvie Ingels, yang berada tidak jauh dari lokasi bom pertama di bandara, mengatakan dia berulang kali mengalami mimpi buruk dalam beberapa hari terakhir.

"Jika saya datang hari ini, maka itu artinya saya bisa mengatasi rasa takut saya. Penting untuk berada di sini. Ini adalah pengadilan untuk mereka, tapi juga penting bagi kami. Kami sedang menunggu jawaban," katanya.

Sembilan dari terdakwa didakwa dengan beberapa pembunuhan dan percobaan pembunuhan dalam konteks terorisme, dan mereka menghadapi kemungkinan hukuman seumur hidup. Kesepuluh orang itu dituduh berpartisipasi dalam kegiatan kelompok teroris.

Salah satu terdakwa dari kelompok tersebut akan diadili secara in absentia -- tanpa kehadiran fisik di pengadilan, karena diduga telah dibunuh di Suriah.

Baca juga: Bom bunuh diri di stasiun Brussels, pelaku ditembak mati

Paris Connection
Enam dari tersangka dinyatakan bersalah pada Juni karena terlibat dalam serangan teror di Paris pada November 2015, yang menewaskan 130 orang. Namun, persidangan Belgia akan berbeda karena akan ditentukan oleh panel juri, bukan hakim.

Kasus pengeboman di Brussels diklaim oleh kelompok militan ISIS yang menewaskan 15 pria dan 17 wanita, yang berasal dari Belgia, Amerika Serikat, Belanda, Swedia, Inggris, China, Prancis, Jerman, India, Peru, dan Polandia. Banyak dari mereka berbasis di kota yang merupakan rumah bagi lembaga Uni Eropa dan NATO.

Tiga dari pelaku bom bunuh diri itu juga tewas dalam ledakan.

Di antara mereka yang diadili adalah Mohamed Abrini, yang disebut pergi ke bandara dengan dua pelaku bom bunuh diri lainnya, tetapi melarikan diri tanpa meledakkan kopernya yang berisi bahan peledak.

Salah Abdeslam, tersangka utama dalam persidangan di Paris, juga diadili.

Sesuai dengan prosedur pengadilan Belgia, para terdakwa belum menyatakan apakah mereka bersalah atau tidak bersalah.

Jaksa penuntut dijadwalkan mulai membaca dakwaan setebal 486 halaman pada Selasa sebelum pemeriksaan oleh sekitar 370 ahli dan saksi dapat dimulai.

Pengadilan yang berlangsung di bekas markas NATO itu diperkirakan menelan biaya setidaknya 35 juta euro atau 36,9 juta dolar AS.

Sumber: Reuters

Baca juga: Tersangka teroris Brussels beri kesaksian ke polisi

Baca juga: Pembom Brussels tadinya mau bom lagi Prancis

 

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022