Jakarta (ANTARA) - Salah satu risiko komplikasi yang paling umum terjadi pada diabetesi adalah luka pada kaki (ulkus diabetikum) atau disebut juga dengan kaki diabetik, demikian Dokter Perawatan Luka, dr Adisaputra Ramadhinara, M.Sc., CWSP, FACCWS.

"Kondisi tersebut merupakan komplikasi pada kaki penderita diabetes akibat kadar gula darah tinggi (hiperglikemia) yang tidak terkontrol," katanya dalam siaran pers Kalbe pada Selasa.

Dalam acara bincang kesehatan "Health Talk" yang diselenggarakan oleh PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) melalui ekosistem Diabetes Total Solution (DTS) berkolaborasi dengan Apotek Wellings, dr Adi mengatakan cara mencegah luka diabetes pada kaki ialah dengan menghindari olahraga yang memberikan banyak benturan ke kaki, memilih sepatu sesuai dengan aktivitas yang dilakukan, selalu menggunakan alas kaki lengkap dengan kaos kaki, dan rutin periksa dan cek kondisi kaki setiap hari.

"Kemudian, jika mengalami gejala yang berhubungan dengan kaki diabetik, segera konsultasi ke dokter untuk mendapat perawatan yang tepat," kata dr Adi.

Baca juga: BPOM: Baca label kemasan bantu cegah diabetes

Hiperglikemia menyebabkan diabetesi tidak dapat merasakan sakit ketika luka. "Risikonya, luka sederhana semakin parah, hingga berujung amputasi jika tidak ditangani dengan tepat oleh tenaga kesehatan tersertifikasi."

Padahal 85 persen dari luka sebetulnya dapat ditangani dengan baik agar tidak berkembang ke arah yang lebih serius.

"Saya juga tidak merekomendasikan penggunaan kain kasa untuk menutup luka diabetes di kaki. Banyak yang mengira luka ditutup supaya bersih, bakteri tidak masuk dan tidak infeksi. Padahal, bakteri bisa menembus hingga 64 lapisan kasa," kata dr Adi.

Ia menjelaskan bahwa ada berbagai pilihan penutup luka yang hasilnya optimal dalam menjaga kebersihan luka. Perburukan luka juga dapat dicegah dengan cara mengendalikan kadar gula darah penderita diabetes.

Sementara itu, berdasarkan data dari IDF Diabetes Atlas 2021, penderita diabetes di dunia diperkirakan mencapai 537 juta orang, serta akan meningkat hingga 643 juta pada tahun 2030 dan 783 juta orang pada tahun 2045. Pada tahun 2021, penyakit ini menyebabkan 6,7 juta kasus kematian.

Sebelum kondisi luka diabetesi memburuk, perlu diketahui sejumlah gejala penyakit diabetes. Di antaranya, sering buang air kecil terutama malam hari, cepat merasa lapar, berat badan menurun walaupun nafsu makan bertambah, cepat merasa lelah, gatal-gatal, kesemutan, gairah menurun, hingga penglihatan berkurang.

Penyakit ini disebabkan oleh gaya hidup yang salah atau faktor genetik atau keturunan. Diabetes juga bisa diakibatkan oleh faktor lain yang dapat meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh, seperti terlalu banyak mengonsumsi minuman manis dan bersoda, kegemukan, kurang istirahat, maupun kurang olahraga.

Sementara itu, Marketing Group Head PT Kalbe Farma Tbk, dr Siswandi, M.M. mengatakan acara "Health Talk" diharapkan menjadi kegiatan berkelanjutan sesuai dengan komitmen Kalbe, Bersama Sehatkan Bangsa. "Dalam hal ini untuk mengedukasi masyarakat tentang diabetes hingga penanganan luka diabetesi,” ujar dia.

Bertepatan dengan peringatan WDD tahun ini, Kalbe bersama Apotek Wellings bekerja sama menyediakan varian perawatan luka modern wound dressing di Apotek Wellings dengan harga kompetitif. Penyediaan produk ini penting untuk membantu mempermudah akses pasien yang membutuhkan varian perawatan luka.

“Melalui ekosistem Diabetes Total Solution, Kalbe terus berkomitmen untuk mengedukasi masyarakat dan menyediakan varian produk oral, insulin, dan perawatan luka agar lebih mudah ditemukan dan ditebus resepnya oleh pasien,” kata dr. Siswandi.

"Masyarakat tidak perlu khawatir dalam mencari kebutuhan pengobatan luka, karena Apotek Wellings menyediakan secara lengkap produk-produk alat kesehatan, baik untuk semua jenis perawatan luka, medical device, hingga rehabilitation product, tentunya dengan harga terjangkau,” tambah Head of Marketing Apotek Wellings Indonesia, Sindy Daniati.

Baca juga: Dokter: Waspada diabetes jika anak sering mengompol

Baca juga: Intervensi prediabetes agar tidak jadi diabetes dengan aktif bergerak

Baca juga: Solusi pemanis aman untuk diabetes


 

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022